Kalap!
Begitu menuju supermarket di salah satu mall deket
rumah, aku langsung ambil sebanyak-banyaknya cemilan. Bukan karena barang
belanjaan ini gratis (dibayarin, nggak pakai uang aku), itu mah sudah biasa…tapi kalap kali ini
karena cemilan terakhir yang aku beli minggu lalu belum aku sentuh sama sekali,
tapi sudah RAIB!
Well, aku paling males banget berantem gara-gara
berebutan makanan. Aku, yang suka makan, wisata kuliner, untuk yang satu ini
aku rada nggak pelit buat diri aku sendiri (karena biasanya aku pelit banget,
terutama buat diri aku sendiri). Semisal, makan agak mahal, worth it, bersih, sehat, yah nggak
masalah keluar kocek sedikit banyak.
Awalnya mau belanja buat bikin macaroni schotel, tapi ternyata malah merembet kemana-mana. Yang lebih
parah, karena kalap ini, pembayaran pembelanjaan membludak menjadi hampir
setengah juta, gilak! Cuma buat beli cemilan dan bahan buat bikin makanan yang
bakalan jadi kurang lebih dua loyang itu!
Bahan membuat makanan |
Cemilan |
Ditambah, jalan kali ini, aku dapat gelang baru dari
mama (as usual), dikarenakan gelangku
yang sebelum(-sebelumnya) hilang. Sebenarnya gelang kedua nggak hilang, cuma
copot terus ternyata ditemukan ibu, dan sekarang masih ada di rumah ibu, yah
biasa, lethalogica membuat aku lupa untuk bertanya dan meminta gelang itu lagi.
Gelang pertama, beneran hilang karena copot dan jatuh di jalan antara kosan ke
halte Fakultas Teknik. Berikut gambar gelang ketiga. (Gelang sebelum-sebelumnya
belum sempat ber-selfie ria).
Untuk 3-bulan terakhir aku belum sempat makan K*C, the most junk food yang paling aku
hindari, dan eng-ing-eng, pilihan
kami makan malah di sini! Bukannya kenyang, aku mual banget. Ini bener-bener
sampah atau ampas yah? Oke, maaf, aku memang harus tetap bersyukur masih bisa
makan, cuma perut memang tidak bisa diajak kompromi soal kebersihan dan cita
rasa kelas atas. *uhuk*. Intinya, I hate
junk food!
Pas pulang, kehujanan pula. Padahal mama udah buru-buru
banget pulangnya dan aku yang tadinya mau cari kemeja buat prepare baju sidang skripsi nanti, nggak jadi beli. Di Matahari ada
diskon kemeja dua buah 139 rb, mau beli, nggak kesampean deh. Pulangnya naik
motor, biasanya juga naik motor sih, pulang pergi mall ini naik motor, kan
deket banget dari rumah, jadi memang mingguan ke sini buat sekedar
nongkrong (ala ibu-ibu, soalnya baik ibu dan mama suka pijet loh, di sini
banyak tempat pijet-nya, mulai yang murah sekedarnya, terjangkau seenaknya,
mahal sepulasnya, ada bung!). Nggak mungkin banget naik mobil, atau taksi ke
sini soalnya jalannya nggak muat-muat banget, kalau ada dua mobil
berpas-pas-an, sudahlah yang ada klakson panjang tanda jalan tersendat, macet local.
Karena lewat gang tikus, lewat gang-gang kecil gitu, makanya terasa deket banget
dari rumah, kalau nggak, harus puter jauh lewat jalan raya, puter balik, kena
lampu merah, ada pol*si (tukang todong halus) sampai tukang todong asli, ada
semua, ahhh riweh deh! Pokoknya naik motor paling ideal, dan…merasakan sensasi
kehujanan. Secara sejak kecil nggak diijinkan main-main hujan kaya bopung. *ups*.
Jadilah antara kenyang dan mual (cece sampai
mengeluarkan kembali isi perutnya di WC), kami berdua memasak bahan makanan
yang tadi kami beli. Singkat cerita, jadilah menu dinner kami. TARA!
Karena kesibukan ini jadilah nggak ke rumah daddy
hari ini. But it’s OK (I hope so…).
That’s all about
KALAP’s story today.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar