Standar
yang Lebih Tinggi
Ini
mengenai standar yang diberikan orang lain kepada kita, dimana ketika orang
lain berekspektasi terlalu tinggi mengenai diri kita, hal yang harus kita
lakukan adalah…membuat standar yang lebih tinggi lagi dari ekspektasi tersebut.
Pengalaman
ini bukan satu-dua kali aku alami, tapi sepanjang sejarah aku hidup, nilai yang
harus aku capai bukan lagi di angka rata-rata, tapi di atas rata-rata
kebanyakan orang.
Usia muda,
fisik yang terbatas, bukan menjadi suatu alasan, sebab segala fasilitas dan
dukungan moral maupun riil sudah diberikan, sisanya aku hanya harus berharap
sambil berusaha semaksimal mungkin.
Jadi
begini, ketika kuliah dulu aku harus mendapat nilai minimal A, aku bukan
sekedar mencapai standar itu, aku harus lebih, A+ yang harus aku berikan,
karena nilai itu bukan melulu soal angka dan huruf di atas selembar kertas,
atau tertuang dalam ijazah dengan predikat cumlaude,
bukan itu. Nilai + yang diberikan harus diikuti dengan nilai hidup yang sudah
dicapai. Ini penting!
Aku pun
melakukan demikian, walau pada ujungnya aku memiliki resiko mendapatkan hasil
yang tak sesuai, aku berlatih untuk tidak kecewa. Contohnya, ketika aku percaya
pada seseorang padahal orang itu tidak percaya pada dirinya sendiri, aku telah
menaruh harapan yang begitu besar untuk dijalani, walau mungkin saja harapan
itu belum bisa sepenuhnya dipenuhi oleh orang yang bersangkutan. Setidaknya
orang itu harus tahu bahwa di luar dari dirinya, orang bisa melihat potensi
yang terpendam, dukungan yang tiada henti, supaya orang tersebut bangkit dan
keluar dari zona nyaman yang tidak memberikan pertumbuhan apa-apa pada dirinya.
Bukan hal
mudah untuk memahami, bukan hanya sekedar tahu mengenai masalah ini, tapi ini
perlu tenaga ekstra dan latihan disiplin pada diri sendiri terlebih dahulu,
karena semua harus berawal dari diri sendiri, untuk memasang harga tinggi bagi
diri sendiri. Ibarat kata, kita mungkin terlihat terlalu muluk, tapi dengan
adanya suatu rangsangan, kita akan bergerak secara aktif dan memacu otak lebih
kreatif dalam berpikir sehingga menciptakan suatu pola pikir yang lebih
tertata. Latihan demi latihan membuat keputusan yang kemudian diambil menjadi
lebih efisien dan tepat, cepat dan akurat.
Hal ini aku
ketahui dari Yang memberikan dan membentuk suatu individu, bahkan hal terkecil
sekalipun seperti debu. Untuk kembali memahami bagaimana Pencipta mencipta.
Akhir kata,
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar