Langsung ke konten utama

Gawe (?)

Yep, setiap kali ada info yang aku tahu tentang temen yang udah dapet kerja, rasanya gimana gitu. Minder (?)
Mungkin aku pernah bilang kalau senior aku yang lama dapat kerjaan karena terlalu picky.
Well, I am that ‘picky one’, too.
Setelah menjalani interview yang nggak tahu berapa banyak, ada beberapa pertimbangan yang bikin aku nggak jadi di job itu.
1.    Nggak sesuai background pendidikan, melenceng ke akutansi dan marketing. Walau gaji ditawarkan cukup besar, sesuai dengan apa yang aku ajukan, tapi berhubung orangtua nggak setuju, malah dimarahin karena lamar kerjaan yang aneh-aneh, jadi fix, nggak jadi.
2.    Kejauhan, seperti di pedalaman Bogor sana. Interview gagal lantaran lamar jadi QC, ditempatin di international marketing, aku tolak. Sip. Pulang setelah nyari alamat jauh dan jalan rusak selama 2,5 jam hasilnya nihil.
3.    Kejauhan di Serpong dengan salary kecil. Sebenarnya ngajar jadi guru itu nggak terlalu disetujui karena mungkin ter mind set oleh ortu kalau gaji kecil dan makan hati, belum lagi menemui tantangan dimarahin ortu murid kalau anaknya dirasa kurang oke.
4.    Ditolak karena ngisi soal mat-fis-kim ngasal, karena emang nggak niat ngajar di bimbel lain selain bimbel yang sekarang aku ajar. Tanya kenapa aku ngelamar dan ikutan interview? Karena kerjaan aku yah ikut interview aja. Itu kerjaan kan?
5.    Menjalani proses interview yang lama sampai 3x bolak-balik yang sebenarnya belum tentu bakalan ambil karena ada proses tahan ijazah segala selama beberapa bulan bahkan tahun.
6.    Orang yang menawarkan bertemu aneh, setelah di cari di internet ada review yang bilang itu penipuan. Ada lagi yang aneh, tapi sebenarnya safe, it’s real, tapi jadi parno sendiri akhirnya ngundurin diri bahkan sebelum di interview.
Alasan paling klasik sih yang karena gaji, jarak, dan sesuai nggak dengan kepribadian aku.
Aku punya tips tambahan buat interview.
Kalau bisa, hindari memakai kemeja putih bawahan hitam. Menurut aku, karena aku nggak melamar jadi spg, penjaga kasir, atau magang (magang aja aku pakai kemeja bebas), aku nggak perlu dan mungkin nggak (akan) pernah memakai pakaian itu kecuali dicantumkan sebagai syarat. Bosen banget nggak sih. Tapi balik lagi sih, itu nunjukkin karakter kamu yang kaku, nurut aturan, pikiran tradisional, atau orang yang santai, ceria, dan luwes.

 ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...