Jangan tanya mengapa semuanya menjadi bertumpuk di
akhir bulan.
Tentu saja karena kesibukan yang tidak normal sampai
aku lupa bagaimana kehidupan normalku dan bagaimana menormalkan hidup yang
tidak normal.
Tentu saja banyak diantara kumpulan itu lupa, lupa
bagaimana menginjakkan kembali kaki mereka di atas tanah, lupa bagaimana
kesulitan mengepakkan sayapnya pertama hingga terbang melayang di angkasa, lupa
bahwa angkasa itu terlalu luas dan tidak dapat mereka takhlukkan, lupa bahwa
mereka hanyalah seonggok daging tiada berarti.
Jangan tanya mengapa aku berkata demikian.
Kalau tidak kuingat selama masih kaki berjejak di bumi,
selama itu kita menyadari ada batasan yang menjadi batas untuk hidup, namanya usia.
Ada batasan yang menjadi batas toleransi, namanya waktu.
Jadi, siapa kamu siapa aku? Pertanyaan yang menjadi
benteng pertahanan diri untuk mengatakan, “Urusi urusan masing-masing.” Seperti
kata Kitab Tua:
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada
saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok
di dalam matamu.
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu."
Dan pertanyaan
untuk kita renungkan adalah…
Siapa orang munafik itu?
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar