Mungkin bagi sebagian
orang ini hanya sebuah kebetulan. Lagi-lagi sebuah kebetulan, keberuntungan
orang menyebutnya. Kalau begitu, aku adalah orang yang beruntung yah.
Sebuah kisah kecil, sebuah
pengalaman yang hanya bisa aku ceritakan, entah percaya atau tidak.
Sore itu, setelah
berbincang sebentar dengan teman untuk mengurusi beberapa permasalahan yang
syukurnya bisa terselesaikan sore itu juga, aku akhirnya pulang karena masih
dalam masa-masa UAS dan besok masih ada mata kuliah yang diujikan dan aku harus
mempersiapkannya.
Setelah berjalan dari
kantin menuju halte, dari halte naik bus, turun bus menuju tempat aku menetap
selama aku berkuliah, akhirnya aku dapat mendaratkan pantatku di kursi belajar
yang biasa aku duduki.
‘Ngadem’ sebentar lalu aku
berganti pakaian. Aku merogoh-rogoh ke dalam tas bagian depan untuk mencari
handphone-ku. Aku sering menggenggamnya dan bila tidak diperlukan, maka handphone
itu akan aku masukan ke dalam tas bagian depan.
Aneh, aku sudah mencari
lagi dan lagi di tempat itu, tidak ada.
Entah kenapa, aku hanya
berkata, “Hilang yah? Ketinggalan?”
Hatiku tenang saja, tidak
ada perasaan takut dan cemas.
“Cari lagi,” suara hatiku
memberi instruksi.
Aku mencari lagi di tempat
yang sama. Hasilnya sama, nihil. Aku memutar otak, apakah handphoneku tertinggal
di kantin? Kalau ya, aku berharap temanku tadi menemukan dan menyimpankannya
untukku. Kalau tidak, aku berharap petugas kantin menemukan dan jujur
mengembalikannya padaku.
Akhirnya, aku berganti
pakaian yang tadi, masih sempat ikat rambut dan memakai jam tangan. Aku mengunci
pintu dan menuju halte untuk kembali ke kampus. Entah mengapa saat itu aku membawa
kembali tas-ku ke kampus, padahal hanya untuk mencari handphoneku. Aku tidak
berlari kencang-kencang, hanya berlari kecil seperti orang jogging. Aneh,
rasanya tenang dan aku masih sempat tersenyum sendiri. Entah untuk meredakan
ketegangan atau memang...tidak, aku memang tenang.
Jadi, baru saja aku
melangkah keluar dari pintu tempat aku menetap sementara (bukan pintu kamar),
aku mendengar nada sms handphoneku yang sudah sangat aku hafal.
“Tring-ling-ling-tring.”
Aku menghentikan langkah. “Itu
kan?”
Aku kembali masuk ke dalam
dan duduk di sofa di ruang tamu untuk mengecek kembali ke dalam tas ku.
KETEMU! EUREKA!
Handphoneku ada di bagian
saku tas yang tak terduga itu. Aku jarang sekali menaruhnya di sana. Dan serasaku,
aku sudah mengeceknya. Karena handphone terletak di bawah kalkulator yang
menutupi, jadi mungkin tadi terlewat saat pengecekan.
Aku mengecek sms yang
masuk ke handphoneku dan pengirim pesan adalah teman yang tidak terlalu sering
berkomunikasi denganku lewat sms untuk sekedar mengobrol, kami sms kalau memang
penting. Saat itu dia menanyakan perihal perkuliahan semester pendek nanti.
Aku tertawa sendiri. Entahlah
kalau ada yang melihat dan mengira aku gila. Bukan karena isi sms-nya, tapi
karena ‘kebetulan’ yang orang lain
sebut, tapi aku menyebutnya, ‘KEBAIKAN TUHAN!’.
Yah, coba kau bayangkan. Berapa
banyak waktu dan tenaga yang harus terbuang percuma untuk berjalan menuju
halte, menunggu bus, bergelantungan dan berdesakan di bus, lalu berjalan menuju
kantin kampus dari halte, mencari dan bertanya sana-sini dan ternyata ada di
dalam tas yang aku gendong. Betapa malunya bukan?
Komentar
Posting Komentar