Langsung ke konten utama

Pengalaman Sehari

Banyak permintaan untuk menambah tulisan baru di blog ini. aku juga sangat  menginginkan yang sama. Entahlah itu tugas tiada henti serta ujian yang harus dihadapi, semua seolah membuat aku harus rehat sejenak untuk menulis.
Fiuh, disela waktu malam, selagi menunggu poster yang harus di save lama sekali, sudah kurang lebih dua jam aku menunggu, jadi aku memutuskan untuk menulis ala kadarnya, yang penting menulis.
Banyak sekali kejadian yang seolah terlewat dan yang awalanya ingin diulas panjang lebar di sini malah tertunda yang hanya meninggalkan samar-samar ingatan tentang apa saja yang ingin diutarakan.
Yang aku ingat, waktu itu tanggal 2 Mei 2012.
Aku harus menghadiri suatu acara penting di Jakarta. Aku langsung menuju stasiun KRL dan menempuh jarak dan waktu yang cukup singkat untuk menuju Jakarta dari Depok.
Setelah usai dengan acara yang sangat menarik dan berkesan itu, aku yang tadinya mau pagi-pagi kembali ke Depok karena keesokannya masih harus menjalani perkuliahan, akhirnya malam setelah acara itu, aku melanjutkan perjalananku untuk kembali ke Depok.
Tiba di stasiun Gambir sudah menunjukkan pukul 9.00 PM dan kereta datang beberapa menit kemudian. Aku naik di gerbong khusus wanita. Baru saja perjalanan keluar dari stasiun Gambir beberapa menit, kereta berhenti. Setelah diusut, ternyata stasiun Manggarai mengalami pemadaman listrik. Karena gerbong ber-AC, dengan para perempuan dimana ibu-ibu mendominasi di sini, aku duduk saja dengan tenang. Selain itu, adanya pancaran Wi-Fi dapat menemani aku untuk melakukan browsing di dunia maya. Maklum, aku sangat jarang on-line­ dengan menggunakan HP kalau bukan dengan hotspot gratis.
Setelah perjalanan yang memakan waktu satu setengah jam, akhirnya tibalah aku kembali di Depok, dengan menggunakan jasa ojek, aku kembali ke tempat tinggal sementaraku selama kuliah. Sampai di kamar, aku menarik nafas dalam dan mengirim pesan pada orang-orang yang aku tahu akan khawatir dengan keadaanku dan aku tidak mau kekhawatiran mereka berlarut.
Aku merenungkan hidup ini. pengalama panjang, melelahkan tapi sungguh mengasyikkan. Aku seorang perempuan yang berusia dini bisa melakukan perjalanan panjang hingga larut. Aku bersyukur pada TUHAN bagaimana IA menjagaku selama perjalanan. Bersyukur itu enak, menikmati apa yang terjadi di sekeliling, mengurangi celotehan tak berguna atau sekedar keluhan yang menambah lelah.
Aku bersyukur bahwa akhirnya, aku boleh kembali dengan selamat. Entahlah bagaimana lagi kuungkapkan betapa baiknya TUHAN itu bagiku. Terimakasih untuk YESUS KRISTUS, BAPA ROH KUDUS.

ADIOS


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...