Mereka adalah
orang-orang yang aku kasihi. Entah, sebaerapa pun menyebalkan, bebal, sulit diatur,
dan pemalu, masih saling egois untuk mementingkan diri sendiri, berpikir
pendek, kerapkali tak acuh, bandel, dan tidak teliti memperhatikan dan
mendengarkan, seringkali membangkang, dan hampir-hampir mengkhianati
Penciptanya…
Mereka tetap
mereka yang senyumnya selalu dinanti, yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja
saat mendaki gunung, yang tidak bisa dibiarkan untuk tidak dinasihati ketika
bersalahan, tidak dapat tidak dipeluk ketika mereka menangis…
Kenapa?
Kenapa ada
daya magis yang begitu kuat untuk tidak diacuhkan begitu saja?
Wajah-wajah
yang lebih cerah daripada para malaikat di Sorga sana. Hanya pertanyaan mengapa
tanpa pernah benar-benar ingin tahu apa jawabannya.
Dan kemana
ini semua ketika suatu tempat tersembunyi tidak semua yang dapat mencapainya?
Kemana harus
berlari dan berlindung?
Lagipula,apakah
fisik menjadi lebih diutamakan daripada keselamatan jiwa yang tidak terbatas
oleh waktu.
Sudahlah,
lagi-lagi aku berpikir terlalu keras. Takut, suatu saat aku berhenti berpikir,
ketika raga dipanggil oleh tanah kemudian melebur bersama unsur-unsur bumi. Selama
masih ada waktu…ahh, sudahlah.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar