Lucu nggak
sih kalau ada kisah seperti ini?
Kami sudah
saling kenal sebelum dunia dijadikan. Kami bercanda bersama dan tertawa dengan
hati yang sangat damai. Tak ada duka, tak ada tangisan. Lalu Bapa kami
memutuskan untuk menciptakan dunia ini. Dunia yang akan kami tempati bernama
Bumi. Masing-masing kami dilahirkan, ditempatkan di Bumi pada waktu yang
berbeda dan di lokasi yang berbeda juga.
Kami tak
saling kenal lagi satu sama lain di Bumi. Ingat-ingatan kami mengenai tempat
asal kami seolah menjadi samar, bahkan terlupakan karena pengaruh arus Bumi. Tempat
dimana seolah Bumi merupakan tempat asal kami yang semula. Kami terlena dan
kami terpukau. Bahkan, kami lupa diri. Lupa dari mana asal kami dan lupa
bagaimana jalan pulang. Lupa siapa Bapa kami.
Suatu hari,
Bapa menjelma menjadi manusia, sama seperti wujud kami di Bumi. Ia memiliki
misi bahwa penderitaan dan aktivitas yang kami alami di Bumi juga akan Ia
rasakan. Hidup dalam segala keberdosaan yang membuat kami lupa segala hal
mengenai Rumah Bapa, akan Bapa hapuskan supaya halangan itu hilang dan kami
mendapati jalan kembali ke rumah Bapa, yaitu melalui Bapa sendiri.
Bapa pintar
menyamar. Tak semudah itu pula kami menemukannya, mengenalnya, dan
mempercayainya, pada awalnya… namun, hati tak pernah berbohong. Ia tahu
darimana dan kemana kaki kami harus melangkah, kepada siapa kami harus percaya,
hati tahu. Ada benang merah tak kasat mata yang sangat tipis, namun tak akan
putus, karena hanya Bapa yang punya gunting untuk memutuskannya.
Awalnya,
seorang anak Bapa menyadari siapa Bapa kami yang mengambil wujud seorang hamba.
Anak Bapa itu juga yang tahu jalan kembali. Ia mendapat pesan dari Bapa untuk
mengumpulkan saudara-saudaranya untuk bersama kembali ke Rumah Bapa kelak. Bapa
kembali ke Rumah Bapa ketika yang Ia ingin sampaikan sudah Ia sampaikan. Ia
kembali menyediakan tempat untuk kami. Tempat-tempat indah bagi kami, anak-anak
Bapa. Suatu tanggung jawab bagi angkatan mula-mula untuk memulai misi yang Bapa
tugaskan. Satu per satu anak-anak Bapa kembali berkumpul. Namun, ada pula yang
akhirnya lebih memilih tinggal di dunia karena begitu senangnya akan keindahan
dunia ini. Padahal, anak yang pertama memahami hal ini sudah mengingatkan
berkali-kali bahwa apa yang ada di Bumi ini adalah maya, fana, dan tidak asli. Semua
yang nyata dan jauh lebih indah dari dunia ini yaitu Rumah Bapa, karena dari
sanalah semuanya ini berasal, yang asli.
Hingga akhirnya
Bapa sedih, kecewa, dan marah. Ia berjanji pada diri Bapa sendiri bahwa Ia akan
menguji setiap anak-anak Bapa, apakah sudah cukup tangguh dan sabar menanti
hingga waktu kepulangan masing-masing tiba.
Aku,
akhirnya masuk dalam kawanan kecil ini. Aku kembali menemukan saudara-saudariku
dan memiliki iman, pengharapan, dan kasih yang sama dengan apa yang Bapa
ajarkan pada kami. Satu hal lagi yang aku sadari kini, bahwa memang kami bukan
berasal dari dunia dan betapa sukacita-nya kami ketika kami saling bertemu. Aku
menemukan saudara-saudariku, dan mereka menemukan aku dalam segala
ke-apa-ada-annya kami. Hal yang kami tahu, satu-satunya keindahan di dunia ini
bagi kami yaitu ketika kami boleh sama-sama dalam satu kawanan kasih yang tidak
sama dengan apa yang Bumi ajarkan, membuktikan kami tidak berasal dari planet
kecil ini. Miniature yang Bapa buat untuk mengajari kami berbagai hal, untuk
memahami keberadaan Bapa dalam segala Ke-Maha-Agung-an nya.
Hingga saat
ini, kisah ini masih berlanjut. Akhir kisah ini pasti, tapi dalam setiap proses
kisah perjuangan untuk mencapai Rumah Bapa tidak sama. Bapa membisikkan
kata-kata cinta Bapa pada kami dalam individu masing-masing. Ia memang penuh
rahasia dalam Ke-Misterius-an Bapa. Itulah yang kami suka.
Kisah berikutnya
akan berlanjut di episode selanjutnya…
Akhir
episode,
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar