Langsung ke konten utama

Dil-Dep



Sedang mengalami dilema, lebih tepatnya depresi…
Sebenarnya masalah yang paling besar itu terjadi di diriku sendiri karena harus melawan rasa malas, nggak pede, dan yang lebih parahnya adalah kebosanan dan rasa takut.
Tidak mencapai target kinerja yang diharapkan perusahaan…
Tidak membantu perusahaan berkembang menjadi lebih professional…
Seringnya membuat atasan marah karena ketidak telitian yang dilakukan…
Bukan hal yang luar biasa, tapi bukan hal yang dijadikan lumrah juga.
Dilema itu bisa datang juga karena penilaian orang yang salah mengenai kita, namun kita gubriskan yang harusnya santai aja yah... Oke, bukan kita, itu aku aja sendiri.
Hal yang tak kalah penting di sini adalah bagaimana bangkit dan memperbaiki kesalahan, bukan lari dan menangis di WC terus lega… (habis pup kali).
Bukan juga berpikir singkat ingin resign dan masih bertahan dalam kesombongan.
Tidaklah sepintas itu seharusnya jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang tangguh.
Suatu ketika aku diingatkan untuk tidak menjadi wanita yang hebat, tangguh boleh, kuat boleh, hebat jangan…
Dengan merasa hebat, artinya mengandalkan diri sendiri dan seringkali yang timbul hanyalah kesombongan dan lupa diri, merendahkan orang lain dan tidak punya rasa rendah diri, merasa paling ter- dan ter- padahal kenyataannya sama sekali tak berguna.
DAN HAL ITU YANG AKU RASAKAN, KETIKA MENEMUKAN DIRIKU TIDAK SEBEGITU BERGUNANYA DAN TIDAK SEBEGITU BERHARGANYA UNTUK DIBANGGAKAN MENJADI APA-APA DARI SEORANG YANG BUKAN SIAPA-SIAPA.
Dan mental-ku langsung down…
Langsung berpikir untuk melakukan hal-hal menyimpang yang aku tuliskan di atas (yang merupakan buah pikir yang aku ingin lakukan).
Dan aku lemah…
Hebat nggak, tangguh nggak, MEMALUKAN iya.
Semua-semua yang aku tulis bukan keluhan. Uneg-uneg iya kali yah.
Udah ini aja dulu, daripada makin menyimpang. Hehe J
Akhir kata,
ADIOS.


                                              

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...