Langsung ke konten utama

Welcome September



Aku belum nulis apa-apa nih untuk bulan September yang kalau kata orang, September ceria.
Well, nggak begitu sih dengan aku, maksudku, bukan aku nggak ikutan ceria juga. Aku mah selalu ceria-ceria aja. Nangis juga sambil ketawa-ketawa nggak jelas (loh, itu kayanya orang lain yang aku kenal deh, bukan aku), hehe.
Sore ini sambil menunggu mobil datang karena dipinjam, aku melewatkan lagi rencana aku buat ke toko buku, buat ini dan itu. Entah, rencana-rencana yang nggak sepenuhnya aku pinginkan banget, setengah hati aku lakukan, selalu mentok sana-sini dan jadinya nggak okeh.
Contohlah hari ini, nggak minat telepon siapa-siapa sebenarnya untuk buat janji karena jadwal minggu ini dan minggu depan full, tapi maksa. Akhirnya, malah kena jackpot dari temannya teman yang udah nggak temanan dan ternyata musuhan, terus aku yang kena. Contohlah lagi, nggak niat ikut makan malam bareng si om dan si tante, akhirnya, batal juga karena mobil akhirnya dipinjam dan belum balik hingga agak malam ini. Sebenarnya sayang juga, melewatkan dinner gratis kan, tapi aku beneran lagi nggak mood buat jalan ke mall kalau nggak ada tujuannya. Oke deh, tujuannya sih pada mau ngobrol sama aku (yang mana minta dibuatkan janji ketemuan sama aku udah banyak banget karena pingin ketemu dan ngobrol), tapi giliran aku yang mau, mereka nya yang nggak bisa. Pusing deh.
Lebih pusing lagi ketika adanya konspirasi-konspirasi nggak jelas yang buat aku harus muter-muter otaknya dan dikejar-kejar terus pas di mimpi, yang entah ngejar anak kecil cowok, atau dikejar om-om nggak jelas. Badan kurus, mata berkantung, rambut rontok, tapi tetap aja pipi nggak berkurang tembemnya. I’m very happy being me!!!
Yang harus dibenahi di September ini, sangat teramat banyak, tapi aku mau mulai benahi diri aku sendiri dulu, mulai dari kepekaan, kerelaan dipimpin, kelemah-lembutan, ketegasan, dan yang lebih penting dari semuanya itu yah hidup dalam kasih yang benar-benar benar…! Yeah!
Okelah, itu aja. Aku mau nulis lagi tapi beda topic, yang lebih sangar dan tulisannya tajam, setajam…pedang! Hihihi…
ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...