Langsung ke konten utama

Semakin Banyak Hal yang Saya Tahu

Semakin banyak hal yang saya tahu, semakin saya tahu bahwa saya tidak tahu banyak, semakin merasa bukan apa-apa. Apa yang sudah saya lakukan sejauh ini? Rasanya belum banyak, sehingga rasa tidak lekas puas memacu saya untuk terus berkarya, lewat apapun dihidup saya menjadi sesuatu yang berguna, walau pada kesudahannya semua yang ada di bumi akan ditinggalkan.
Saya keluar dari zona nyaman saya, hanya untuk menuju pertumbuhan. Saya ingin bertumbuh. Bukan soal siapa yang menabur, siapa yang menanam, tapi yang terpenting soal siapa yang memberi pertumbuhan. Tidak ada pertumbuhan di zona nyaman, dan tidak ada kenyamanan di zona pertumbuhan.
Yang membedakan seorang pengikut dan pemimpin adalah inovasi. Hanya orang-orang yang punya inovasi yang dapat memimpin. Tapi kesemuaan ini hanya peribahasa dunia yang didapat dari pengalaman yang barangkali hanya terjadi di orang yang bersangkutan tersebut. Faktanya yang harus dicari adalah membandingkan banyak hal hingga ditemukan satu titik yang disebut kebenaran.
Entah, yang saya renungkan bahwa dalam diam, saya banyak merenungkan hal-hal yang memberi dorongan dan semangat. Saya tetap bisa mengangkat kepala saya dan tersenyum, seperih apapun kehidupan dan segala permasalahan yang menekan saya, saya hanya ingin menjadi lebih kuat. Menjadi kuat, berbeda dengan menjadi lebih keras. Sosok pribadi yang keras menunjukkan pribadi yang rapuh. Sama seperti kaca, keras namun mudah pecah karena rapuh.
Image result for lift your head up
Dalam hidup, saya banyak melihat kesedihan. Kesenangan hanya berada di sela-sela kesedihan agar kesedihan tidak terlihat terlalu gamblang, terlalu berat untuk menyertai tiap langkah kehidupan. Apakah kau menemukan kebahagiaan di bumi? Karena yang ada hanya kesenangan maya yang sekejab ada, lalu lenyap seketika. Ia seperti asap yang tidak meniggalkan jejak.
Memori ada, lalu sirna ditelan waktu, ketika lupa menyapa dan merasuk dalam otak. Ia akan dibawa mati ke alam kubur. Kenang-kenangan terhadap orang itu perlahan pudar, lalu lenyap. Tak ada yang dapat bertahan dihadapan sang waktu. Biar waktu yang membuktikan kebenaran. Biar waktu yang menunjukkan apa arti kekekalan yang tidak dimiliki bumi.


ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...