Langsung ke konten utama

Pengalaman Kerja



Ini pengalaman saat kerja. Entah mengapa sehabis makan siang, ketika perut sudah terisi, kepala pun menjadi berat dan kantuk pun menyerang. Sudah dua hari di tempat yang baru ini selalu begitu. Dua hari berturut-turut ketika pukul sekitar 14.00 WIB, aku merasakan kantuk yang amat sangat.
Hari pertama aku atasi dengan duduk di atas kloset WC yang cukup bersih, kering, dan wangi, juga terang, sambil memejamkan mata beberapa menit, yang ternyata sampai ketiduran dan hamper jatuh dari posisi duduk di atas kloset.
Malamnya, aku ceritakan hal ini ke mama dan saudaraku yang alhasil langsung mendapat nasihat dari mama. Kata mama, jangan tidur di WC karena WC banyak setannya, terlebih banyak kasus kematian tiba-tiba di WC, seperti jatuh di WC meninggal, duduk di WC, meninggal. Ini dialami oleh tetangga dan tantenya papa, dalam waktu berdekatan dan semua berlokasi di WC rumah mereka masing-masing saat orang-orang sedang tertidur tengah malam maupun saat tidak ada orang di rumah tante papa itu.
Cece juga pernah tidur di WC pagi-pagi sebelum mandi berangkat kerja, tapi ada mama yang mengetuk pintu WC dan membangunkannya.
Kata mama, “Kenapa sih nggak berdoa aja, minta supaya Tuhan buat kamu nggak ngantuk? Mungkin ada yang ganggu kamu kali karena anak baru di sana. Kamu kan nggak make-up-an, nggak ada salahnya kan cuci muka, terus doa, biar segar.”
Oke, terus aku mikir. Alasan pertama aku ikutin saran mama adalah betul aku nggak pakai kosmetik yang ribet, kecuali pelembab muka, jadi nggak perlu repot untuk memperbaiki sesuatu di muka selepas cuci muka, dan lagi kondisi WC yang mendukung, ada wastafel dan cermin, jadi aku bisa melakukan kegiatan ini dengan mudah.
Kedua, dan malah ini yang penting, DOA. Mungkin mama terlihat cuek, tapi mama selalu ingetin buat doa, sebelum kerja, sebelum berpergian, sebelum ujian. Dia sendiri sampai doa puasa (menurut pengakuan mama) supaya sidang aku, ujian aku, dan lain sebagainya, karena aku juga suka minta restu kalau mau melakukan sesuatu.
Hari kedua, aku juga merasakan kantuk yang luar biasa sampai kepala aku pusing, lalu aku cuci muka (jadi lebih segar) dan doa, tentu saja semua dilakukan di WC, kan nggak mungkin aku doa-doa kaya orang karismatik di meja kerja. Jadilah aku lebih segar dan nggak ngantuk sekalipun kepala masih sakit, sepertinya karena ruangannya terlalu silau.
Well, thanks to my LORD JESUS CHRIST, karena segala keunikan yang ada dan memberikan pengalaman tambahan. Aku nggak takut soal cerita setan-nya, cuma nasihat mama kali ini ada benar dan baiknya. Jadi yowes, selesailah kisah ini di sini.
Akhir kata,
ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...