Weird things is often
happen in this life.
Well, ya. Sometimes,
keadaan yang dinyamankan untuk kita jalani oleh orang lain itu nggak enak. Kenapa
nggak enak?
Karena ketika aku berniat buat ‘drop out’ from this company, aku jadi perlu berpikir dua kali, oh
waw, di sini nyaman, apa aku harus meninggalkan ini semua? Tapi begitu bad things terjadi, aku jadi pingin
cabut dari tempat ini. Intinya, aku nggak sabar yah. Haha. Tapi nggak-lah, aku
nunggu titah bagaimana aku menapaki setiap langkah baru yang akan aku buat.
Hari ini aku jalan bareng ibu-ibu lainnya. Mereka menceritakan
hal-hal menyenangkan menurut mereka dan tertawa. Tentu saja aku menjaga
kesopanan dengan memamerkan gigi juga saat itu. Tapi kenapa yah, kok hati nggak
ikut tergugah buat nyemplung dan ikut
terlibat dengan obrolan itu? Kenapa yah? Padahal ibu-ibu ini golongan elite. Elit
dan…
Flash back dikit.
Jadi yang ikut itu tujuh orang, dan ibu yang umurnya
paling tua yang akhirnya turun buat beli combro dan rujak, dua kali di tempat
dan waktu berbeda. Kenapa nggak aku? Karena aku duduk paling belakang, jadi
susah keluar. Kenapa nggak keluar aja? Orang yang duduk di tengah ada tiga,
susah keluarnya.
Kenapa yang muda nggak turun? Oke nggak mungkin yang
nyetir, nggak mungkin juga yang lagi hamil. Kalau dua orang yang duduk di
belakang nggak bisa keluar, kenapa nggak yang paling depan dan yang duduk di
tengah, lebih muda lagi.
Apa karena itu keperluan si ibu? Padahal yang lain nitip.
Kenapa hubungan seperti ini terasa palsu banget yah? Kenapa
nggak terasa ketulusan? Nggak ada kerendahan hati di sana.
Hidup singkat, tapi terasa makin sia-sia ketika menggunakannya
untuk hal yang nggak perlu. Aku ngerenung, orang-orang kaya yang hanya
menikmatinya untuk diri mereka sendiri, untuk apa kekayaan itu? Menikmati hidup
yang sekejab saja, jatuh dalam gelimangan dosa, lalu mati untuk dibakar
selamanya dalam nereka? Ah…betapa sia-sia-nya hidup.
Tapi hidup bukan tentang beramal sebanyak-banyaknya untuk
menebus dosa, bukan, bukan karena perbuatan dan kekayaan seseorang bisa membeli
keselamatan supaya masuk surga dan menghindari api neraka, bukan, bukan itu
yang Tuhan mau. DIA Pencipta langit dan bumi, kenapa harus diberi apa yang
sebenarnya milik DIA?
Segala sesuatu milik Tuhan, betul. Tapi satu yang DIA
beri pilihan buat manusia adalah mau atau tidak memberikan hati untuk DIA.
Kenapa jadi melebar yah pembahasannya? Tapi lihat kan
sinkronisasinya? Lihat kan bagaimana pengertian itu ditemukan dari peristiwa
kecil yang terjadi.
Itu aja sharing
aku hari ini.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar