Waktu itu sempet bilang mau menceritakan sesuatu kepada salah seorang
teman yang sekelompok dalam suatu praktikum di kampus. Jadi, karena sepertinya
orang yang bersangkutan sudah keburu malas dengan aku karena sering banget
digodain (tapi yang unik kekebalan orang yang bersangkutan itu sangat tinggi,
itu yang aku suka), jadilah aku tulis di sini, terlepas dibaca atau nggak.
Minggu kemarin sempat ke rumah sakit di daerah Cengkareng untuk menemani
si ganteng, adik aku yang kadang suka susah dikasih tahu, perlu pendekatan
khusus dan pengajaran dirinya supaya menjadi cowok yang bener-bener cowok. Sebenarnya,
lebih share pengalaman pribadi aku,
kenapa aku nggak suka banget sama yang namanya NYONTEK apalagi yang melakukan
adalah cowok, rasanya dia bukan cowok lagi yang bisa ditaksir seumur hidup
dalam pandangan mata aku. Oke, kalau rasanya berlebihan, ini latar belakang
sampai pendirian itu bisa berdiri di hidup aku.
Jadi pas SMP, okelah memang aku tergolong murid yang lumayanlah dalam
pelajaran, dikenal guru sebagai murid baik-baik, nggak neko-neko, jadi segala
sesuatu yang dilakukan hampir dianggap selalu positif. Karena keistimewaan yang
aku alami ini tentu saja membuat beberapa cowok di kelas deketin. Awalnya, GR
banget dong cewek dideketin beberapa cowok, awalnya temenan, awalnya asik
sebagai teman ngobrol. Suatu hari ujian matematika, aku diajak duduk bareng
karena kan duduknya bebas tiap hari, ya udah deh, duduk bareng dia. Ternyata,
diajak nyontek dan naas-nya, KETAWAN. Aku dipanggil ke ruang guru, akunya
doang. Soalnya nilai aku sama banget sama temen cowok yang nyontek, bahkan dia
dapet 90 dan aku 80. Miris banget. Terus aku ngaku kalau aku kasih jawaban. Gurunya
juga curiga, soalnya temen cowok yang nggak aku sebutkan namanya soalnya
orangnya udah meninggal tabrakan mobil gitu, dia itu biasanya dapet nilai do re
mi fa, nggak sampai sol juga, jadi gurunya juga bingung, dan kebetulan hari itu
duduknya barengan sama aku. Ya udah, aku dimaafkan gurunya. Sejak saat itu
kalau ujian, aku selalu duduk depan meja guru dan minta diawasin, supaya nggak
bisa dicontekin.
Pernah juga kelas 3 SD, aku kerja sama pas ujian sama temen cowok aku
yang aku sering katain ‘Kulkas’. Jadi waktu itu katakanlah, aku selalu ranking
3 besar, nggak pernah keluar dari itu, tapi ketika semester itu contek-contekan
sama temen cowok itu, ternyata dia lebih banyak nerima jawaban, kalau kasih
jawaban juga salah. Akhirnya, semester itu aku ranking 5 dan dia ranking 6 yang
biasanya ranking belasan bahkan puluhan. Miris banget. Sejak saat itu nggak mau
deh kerja sama lagi pas ujian.
Jadi begitulah rasa sebelnya dimanfaatin cowok-cowok bego. Sori kasar,
tapi kalau cowok yang nggak punya otak, nggak bisa mengatur waktu dengan baik,
nggak bertanggung jawab, gimana membangun dan menata rumah tangga yang baik dan
benar nanti? Okelah, kepintaran bukan segala-galanya, tapi kejujuran dan
tanggung jawab itulah yang penting! Kalau memang nggak bisa yah usaha, bukan
nyontek atau malah memanfaatkan orang lain, cewek lagi yang dimanfaatin. Aduh, ilfeel banget deh. Jadi temen sih temen,
lebih dari itu, BIG NO-NO!
Begitulah kisah dan latar belakang kenapa aku anti nyontek dan nggak
naksir sama sekali sama cowok yang image
nya uda tukang nyontek, semoga mengerti kenapa kerapkali menyindir kalau cuma
dideketin pas ada butuhnya menjelang pre-test
atau minjem laporan praktikum. Bener-bener semoga sadar akan diri dan memaafkan
diri si oknum sendiri supaya lebih menghargai dirinya sendiri atas kemampuan
yang udah diberikan oleh Sang Pencipta.
ADIOS.
hmmmmm...
BalasHapuswow
BalasHapusHihihih serem :D
BalasHapusBaru lihat komennya...
BalasHapus