Dalam
kepanitiaan yang sebenarnya ingin saya pensiunkan saja di semester yang semakin
bertambah ini, ternyata masih tidak terijinkan untuk saya berhenti sejenak
dalam mengurusi segala hal yang berkaitan dengan uang, rapat, dan interaksi
yang cukup intens dalam kurun waktu tertentu.
Beberapa
hal yang saya pelajari dari kepanitaan yang sudah-sudah yaitu:
1.
Planning
Kalau mendengar perencanaan bagi beberapa kaum yang memikirkan bahwa,
“Ah, rencana kan di tangan Tuhan.”
Ya, saya juga penganut paham adanya Tuhan itu, tapi yang saya mau bahas
di sini bukanlah mengenai agama melainkan mengenai sudut pandang pentingnya
merencanakan. Mengapa? Supaya kita bisa berkata pada akhirnya, “Ternyata
rencana Tuhan yang terjadi.”
Bagaimana kerjanya? Mari saya jelaskan menurut pemikiran praktis saya.
Kalau kita berencana, kita punya suatu jalan pemikiran sendiri mengenai
rancangan yang akan kita lalui menjadi suatu alur cerita. Pada akhirnya, selalu
dan selalu, rencana kita tidak 100% dijalankan dan sesuai fakta, artinya tidak
secara sempurna kita menerima kenyataan dalam kehidupan yang dijalani bahwa
angan-angan yang tertuang dalam rencana kita berhasil dilaksanakan. Karena itu,
kita akan berkata, “Bukan rancangan saya, tapi ternyata rencana Tuhan.”(Perhatikan
perbedaan kalimat dengan bagian awal, ada suatu perbandingan dan usaha yang
dilakukan dan pada akhirnya dibuat mengerti untuk menerima dan tetap bersyukur,
arti bersyukur menerima segala keadaan yang terjadi).
Bagaimana dengan yang tidak punya perencanaan ini? Justru mereka mengandalkan
diri sendiri (kecenderungan). Seseorang yang tidak punya perencanaan dalam
hidupnya, ketika suatu hal terjadi pada dirinya, orang tersebut tidak mempunyai
perbandingan apakah rencananya terjadi atau ada suatu Kekuatan lain yang
merancangkan suatu skenario dalam kehidupannya. Hal ini akan membuat orang
tersebut menjalani hidup tanpa rasa syukur.
2.
Position and Portion
Selalu ingat di mana posisi anda dan porsi anda di posisi anda tersebut.
Mengapa hal ini penting? Karena tanpa menyadari hal ini, anda akan kerja
merangkap banyak hal sementara sebagian roda lainnya tak bergerak, hanya anda
yang bergerak demikian. Pentingnya melibatkan orang lain yang memiliki posisi
dan porsi yang memang sudah sepatutnya ia jalankan.
Faktanya, selalu hal ini terjadi. Orang seringkali lupa pada
keberadaannya sebagai manusia adalah menyadari adanya hal yang disebut
toleransi, empati, dan rasa untuk bertanggung jawab. Jangan kita bahas tentang
komitmen atau segala hal yang berkaitan dengan janji yang diikrarkan. Yang perlu
diketahui adalah bahwa kita menyadari diri sebagai manusia yang seharusnya
dapat mengatur diri sendiri sebelum mengatur orang lain.
Mengingat posisi ini penting, bukan berarti menjadi bossy sehingga dapat semena-mena dengan bawahan. Tentu saja, tanpa
kaki dan tangan pun kepala tak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Tanpa
aktivitas dan keberadaan enzim dalam tubuh sebagai hal yang seringkali
terabaikan dan tidak disadari keadaannya, memegang peranan sangat penting dalam
sistem kehidupan ini. Sayangnya, banyak yang mengira menjadi otak yang
terpenting dan yang lainnya seolah terlihat tidak berguna. Sesungguh, sesuatu
sudah diciptakan oleh Sang Pencipta sesuai dengan fungsi dan kodratnya
masing-masing.
3.
Meeting
Hal ini seringkali terabaikan, dianggap hanya membuang waktu, dan tak
berguna. Memang, kalau isi dari rapat hanya mau mengutarakan pendapat sendiri
tanpa mendengarkan pendapat orang lain, atau isi dari rapat hanya canda-tawa
tanpa mendapat suatu kesimpulan atau kesepakatan bersama.
Rapat ini menjadi bagian penting. Mengapa? Karena dengan rapat kita
menjadi tahu kondisi satu sama lain. Dengan mengetahui rekan kerja yang mungkin
belum pernah bertemu sebelumnya, dirapat ini kita dapat membangun komunikasi
dengan orang tersebut, di sini menjadi ajang untuk bertukar sesuatu yang akan
menjadi media penghubung terefektif ketika tatap muka atau penyampaian
informasi diperlukan.
Dirapat pun dapat mengetahui evaluasi dan sejauh apa kinerja dari tiap
posisi dan porsi seperti point nomor 2 sebelumnya. Di sini dapat terlihat
sebagian kepribadian seseorang, apakah dapat bertanggung jawab, bertindak
cekatan dan sigap, apakah dapat dipercaya, jujur, atau sebaliknya. Melalui
rapat kita jadi dapat membagi tugas secara adil dan menyeluruh karena rapat
yang diadakan harus bersikap sportif dan terbuka, artinya tidak ada yang
dibeda-bedakan untuk mengetahui informasi seputar komunitas tersebut.
Lagi-lagi, hal ini hanya dianggap main-main dan hanya bisa diaplikasikan
pada kepanitiaan formal, pekerjaan, atau dalam kegiatan pendidikan. Padahal,
pertemuan keluarga untuk bermusyawarah dan bermufakat saja sudah merupakan
suatu wujud rapat sederhana, karena sesungguhnya tujuan rapat mengetahui progress kerja, membangun komunikasi,
dan lebih penting mencapai suatu kesepakatan bersama yang tidak merugikan atau
memberatkan pihak mana pun dalam komunitas tersebut.
Tiga hal ini yang menjadi fokus saya dalam pengamatan panjang selama pengalaman
saya berkepanitiaan. Ketika saya menyampaikan hal ini pada seseorang, hal ini
dikira hanya bercanda, saya sok pintar, atau sesuatu hal ribet yang tidak
mungkin diterapkan pada keadaan tersebut. Sayang sekali. Karena tanpa
komunikasi jelas, kesalahpahaman mudah sekali timbul, lalu timbul prasangka
berlanjut kebencian atau dendam, berujung pada perkelahian dan berakhir dengan
maut. Aih, seram.
Mungkin ada salah kata atau siapapun, saya tidak bermaksud menyinggung
atau menghakimi suatu pihak mana pun dalam tulisan saya kali ini, hanya sekedar
berbagi dari pengamatan saya. Bukan hal mutlak untuk diikuti dan dipahami
sebagai kebenaran hakiki. Hanya sekecil mungil pendapat saya mengenai
pengamatan dan perenungan saya sewaktu malam hari menjelang tidur.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar