Langsung ke konten utama

Apa yang Saya Lakukan Selama Liburan?

Yang pasti tetap berdagang. Berdoa. Belajar. Beres-beres rumah.
Mencoba berbagai resep, itu sih harapan. Baru beberapa makanan kecil yang sederhana yang berhasil dilakukan seperti sop sayur, jagung rebus manis yang biasa dijual di cup. Dan pancake instan. Jujur saja, pancake ini hasil uji coba karena bahannya berupa powder instan yang dijual di hypermart karena promo. Hasilnya, bisa dilihat dari foto di bawah ini.
Selain itu, menjaga keponakan. Foto muncul di bawah ini.
Dan ketiga, menemani mama yang sakit ke Shinse, dalam bahasa Indonesia artinya guru. Semacam dokter gitu. Nah, di depan ruan pengobatannya ada toko obat tradisional cina. Aku lebih suka mencium aroma herbal dari bahan alam seperti ini daripada mencium bahan kimia rumah sakit. Rasanya lebih alami walau bukan berarti suka yah, soalnya yang namanya obat kan identik dengan sakit, jadi jauh-jauh deh dari sakit.
Yang unik karena setiap toko obat cina racikan selalu punya lemari besar dan tinggi berkaca dan memiliki banyak sekat untuk obat-obat herbal keringnya, atau biasa di kaleng-kaleng gitu kaya kaleng kerupuk abang penjual nasi goreng tek-tek.
Mengukur takaran beratnya juga lucu, pakai neraca tradisional dengan beban yang kecil-kecil. Bungkusnya memakai kertas kopi. Jadi bener-bener tradisional. Nanti rebus obatnya disarankan memakai tempat dari tanah liat atau stainless steal, dilarang memakai alumunium. Tadi lupa tanya alasannya kenapa jadi belum bisa berbagi kenapa alasannya.
ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...