Naik
motor paling okeh bukan ketika
ngebut-ngebutan di jalan, tapi pengalaman kali ini nih. Pakai rok ketat mini
dan sepatu high heels, hujan-hujanan
pulang dari kondangan lewat gang-gang sempit karena diportal buat layar tancep,
ngikutin orang karena nggak tahu jalan, tiba-tiba orangnya berhenti.
“Mas,
kok berhenti?” tanya saya dengan polos dalam kondisi basah.
“Loh,
rumah saya memang di sini.”
“Waduh!
Saya nggak tahu jalan lagi. Keluar dari gang ini gimana yah?”
“Lurus
terus belok kiri mbak.”
Cece,
dibelakang saya, ketawa ngakak.
“Kamu
sih, udah ngikutin orang malah tanya kenapa dia berhenti, yah terserah dia dong
mau berhenti.” Ketawa lagi, ngakak… Aku juga ngakak. Habis, aku kira mau ikutin
mas-mas itu karena dia tahu jalan gang sempit karena jalan diportal.
Ternyata
eh ternyata, mas-mas itu kenal sama papa. Ngek
banget deh…
Alasan
kali ini saya, cece, mama dan papa kondangan rame-rame adalah kebetulan.
Kebetulan,
papa pulang.
Kebetulan,
kondangan hari sabtu malam.
Kebetulan,
lokasi kondangan dekat.
Kebetulan,
yang nikahan geng mama yaitu Geng Pasar TB (mengutip ucapan cece yang bilang, “Kalau
kita disuruh foto sebutan buat kita adalah Geng Pasar TB, soalnya nggak ada
relasi apa-apa selain pasar TB”)
Kebetulan,
biasa malam minggu gini kita makan besar, alias mama masak special, untuk
mengurangi tenaga memasak, jadilah kita beralih lokasi makan dari rumah ke ballroom, lumayan…
Jadi,
begitulah kisah malam ini.
Oh,
11 Januari, seperti lagunya Gigi, aku sukaaaa…
ADIOS.
Beda cerita :D
BalasHapus