Langsung ke konten utama

Catur


Catur itu permainan sederhana, terdiri dari 64 kotak hitam putih berseling dan 32 bidak catur yang disusun berdasarkan posisi, lokasi, kesamaan warna bidak-bidaknya.
Catur itu permainan yang terlihat sederhana. Banyak langkah awal pembukaan catur sama tapi seringkali hasil akhir permainan berbeda. Setiap kali permainan catur melawan orang yang berbeda, akan berbeda pula strategi yang dipikirkan masak-masak. Semua itu untuk satu hal, kemenangan akan berada di pihak siapa yang dapat mempertahankan raja tetap hidup (berada di arena) entah dengan cara apapun, bahkan mengorbankan prajurit, benteng, kuda, maupun menteri.
Menurut saya catur dapat mencerminkan sebagai gambaran sederhana bagaimana suatu kehidupan nyata menuntut sebuah keberanian, strategi, dan pengorbanan. Hanya yang sanggup mempertahankan apa yang penting, yaitu raja yang akan disebut pemenang.
Setiap bidak mempunyai langkahnya tersendiri. Benteng dapat berjalan lurus dengan langkah panjang, menteri dapat berjalan serong dengan langkah panjang, kuda dengan langkah ‘L’-nya, dan prajurit yang cukup membantu, siap menghadang di depan walau tampaknya tak berdaya apa-apa.
Seperti sebuah negara di mana seorang pemimpin negara sangat dilindungi. Banyak yang berkorban di medan perang untuk mempertahankan teritorial negaranya.
Jadi, catur itu seolah bagaimana kita menjalankan apa yang ada pada kita sesuai dengan fungsi dan kemampuan yang dimiliki, sebuah strategi, dan perencanaan yang matang, serta pengorbanan seminim dan seoptimal mungkin.
ADIOS.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...