Langsung ke konten utama

Topeng

Gambar terkait
Sumber: https://favim.com/orig/201106/15/colorful-cute-girly-mask-pretty-vintage-Favim.com-76666.jpg
Mungkin aku terkesan tidak sepandai itu bergaul atau mungkin aku terlalu pemilih. Namun, jelas sekali aku lelah untuk bersandiwara, menggunakan rupa-rupa topeng di berbagai kondisi yang berbeda. Aku lelah hanya untuk menjadi seperti yang orang lain pandang. Bolehkah aku menjadi diriku sendiri?
Sudah, aku sudah pernah mencobanya dan aku tahu rasanya diterima dengan ‘si topeng’. Rasanya senang, tapi kemudian topeng itu makin lama makin melekat di wajahku hingga aku sukar melepasnya. Sepertinya ‘si topeng’ ingin menjadi bagian dari diriku yang tidak mau dilepas. Sementara, kondisi lainnya tidak menyukai aku dengan ‘si topeng’.
Musim berganti dan waktu terus berputar. Ketika keadaan tidak lagi sama, tibalah saatnya aku melepaskan ‘si topeng’, berganti dengan ‘topeng itu’. Sulit dan tidak mudah, sebab perekat ‘si topeng’ yang kucabut ikut melukai kulitku. Sedikit, tapi tetap nyeri. Belum sembuh dari luka, aku sudah harus mengenakan ‘topeng itu’. Begitu seterusnya, siklus itu berputar seolah tak berpangkal dan tak berujung. Aku lelah.
Kini aku sering melepasnya, membiarkan orang melihat ‘buruk wajah’-ku hanya untuk merasakan rasa nyaman untuk diriku sendiri. Aku lebih memilih tidak terlalu acuh dengan penilaian orang lain terhadapku. Memang, aku lebih banyak menunduk ketika berjalan, sebab risih ditatap dengan pandangan heran. Namun, aku lebih lega ketika akhirnya tidak ada lagi yang bisa menyakiti diriku, harga diriku, dan terlebih jati diriku. Ini aku.

ADIOS.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...