Sumber: http://gramedia.tumblr.com/post/75852019142/kita-tidak-pernah-tahu-rencana-tuhan-kita-tidak |
Kita tak akan pernah tahu, dengan siapa kita akan
bertemu.
Kita juga tidak pernah tahu, bagaimana hubungan kita dengan
orang-orang itu, apakah menjadi kawan atau lawan? Apakah dia menjadi seseorang
yang dibenci atau dicinta?
Kita tidak pernah tahu kejadian apa yang kita lalui bersama
saat mengenal orang itu.
Rasanya, hari-hari berlomba untuk mencapai garis
akhirnya dan waktu berseru-seru dengan nyaring.
Kita tidak pernah tahu sampai kapan kita diberi
kesempatan untuk saling mengenal. Kau dan aku.
Bukankah sepanjang hidup adalah tentang mengenal dan
dikenal? Tentang apa yang sudah dan belum kita lakukan? Tentang apa yang
tertinggal dan terlupa?
Pastilah Tuhan sudah merancang kapan dan bagaimana
cara kita bertemu. Dia sudah menyiapkan skenario setiap momen yang menjadi
bagian-bagian lucu, sedih, marah, dan tawa dalam frame-frame unik yang tak pernah kita pikirkan.
***
Dia pastilah tersenyum ketika tahu dua insan tercipta
untuk saling mencinta, mencipta damai, dan merajut asa. Dia menaburkan benih
harapan dan siraman air kasih. Semuanya ditumbuhkan dengan bertopang pada akar
keyakinan bahwa pohon hubungan tersebut akan berbuah pada waktu-NYA.
Dia menyinari dua insan dengan cahaya kehidupan,
membalutnya dengan kain sukacita, dan mengganti rundung jadi tawa. Langkahnya beralaskan
kepastian dan Ia membuat waktu bukan jadi penghalang.
Seandainya kita, manusia tidak melupakan perlengkapan
yang disediakan Tuhan, pastilah hidup kita bahagia. Seandainya kita, manusia
tidak menolak untuk memakai perlengkapan yang disediakan Tuhan, pastilah hidup
kita penuh damai.
Manusia dengan segala keegoisannya, meninggikan pikirnya
sendiri daripada nurani. Manusia menanggalkan kasih dan memakai kebencian. Di kepalanya
tertera kata-kata perang dan berbaju zirah-kan kekerasan. Di mulutnya bukan ada
pujian, tapi sumpah serapah. Di tangannya tidak tersedia bantuan, tapi petaka
yang siap menghadang. Kakinya berkasutkan kejahatan dan tipu muslihat, ia
segera berlari kepada dusta dan kehampaan.
Apakah manusia Tuhan, sehingga Engkau mengindahkannya?
Padahal kami ini debu, tulang balut kulit. Hembusan nafas-Mu saja mampu membinasakan
kami. Kembalilah, kembalilah Tuhan. Biar kami ingat akan Penolong dan Penebus
kami, Pembebas dan Pemelihara jiwa kami. Mengapa Engkau tetap jauh Tuhan saat
kami berseru? Segeralah menolong, jangan berlambat.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar