Malam ini, galau euy. Alasannya? Nesis nggak kelar-kelar.
Revisi terus. Padahal udah latihan nulis di blog, tapi belum ada kemajuan yang
signifikan. Ya iyalah, bahasa nggak resmi, kalimat nggak mengandung SPOK, jalur
bebas (kaya tulisan di pangkalan ojek, jalur bebas gitu).
Selain galau nesis, pasalnya ini
tanggalnya. Syukurlah, walaupun sudah sangat mendekati akhir bulan. Setiap
bulan berharap, takut rasanya. Berharap aku ini perempuan normal yang sehat. Kata
orang, itu menurun, bisa dari gen. Bukan berlebihan mengenai hal itu karena
beberapa kasus dari garis keturunan papa mengalami kasus yang serupa.
Aku tahu, ujung hidup manusia
adalah kematian. Kalau memang proses kelahiran bukanlah sesuatu yang bisa aku
pilih, begitu juga dengan kematian. Kalau begitu, aku memilih untuk melakukan
hal terbaik yang bisa aku lakukan selama aku hidup, itu pilihan yang bisa aku
lakukan, kan?
Ketakutanku? Aku takut Tuhan marah
dan menilai aku belum komplit menyelesaikan misi yang DIA berikan selama aku
ditugaskan di dunia. Sejujurnya, aku ingin menyerah saja pada ‘pembelajaran’
yang sedang berjalan ini, tapi aku tidak bisa atau lebih tepatnya aku takut. Kalau
TUHAN sudah menempatkan aku di sini, memberi aku kesempatan, aku tidak bisa
menyia-nyiakannya. Suatu saat, ketika dituntut pertanggung-jawaban dariNYA, aku
harus bilang apa? Bahwa aku tidak mampu? Wong,
dasarnya memang aku nggak mampu, mengapa tidak minta kemampuan dari DIA? Kira-kira,
begitulah drama dalam kepalaku.
Setiap kali aku mau ‘udahan’,
selalu muncul drama seperti ini
Aku1 : “Apa tujuan kamu? Hayo?”
Aku2 : “Berguna bagi orang lain.”
Aku1 : “Lebih spesifik!”
Aku2 : “Jadi dosen?”
(mulai ragu-ragu). “Tapi aku nggak pintar. Nilaiku jelek. Masih banyak orang
yang lebih pintar dari aku dalam
akademik.” (muka sedih)
Aku1 : “Kalau begitu, gunakan talenta yang TUHAN berikan buat kamu.”
Aku2 : “Apa?” (merasa tidak berguna)
Aku1 : “Kamu bisa mengumpulkan
orang-orang pintar, merangkum mereka dalam satu lembaga Pendidikan. Tujuanmu tetap
dapat tercapai.”
Aku2 : (Teringat Bill Gates. Kembali semangat).
Tentu saja aku tidak yakin apa aku
punya kepribadian ganda atau tidak, tapi aku merasa lebih baik ketika aku
berbicara dengan ‘aku’ yang lain, saat ‘aku’ yang lain memotivasi. Bisa jadi
muncul ‘aku’ yang menjatuhkan (please,
ini rada aneh tapi benar).
Jadi, aku mengumpulkan niat dan
semangat selama akhir pekan ini buat menuntaskan tugas kuliah (tesis dan mata
kuliah tatap muka). Berharap menemukan ide setelah ‘merem-merem ayam’ sebentar
lagi.
sumber: http://www.go-dok.com/kepribadian-ganda-penyakit-psikis-yang-menginspirasi-split/ |
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar