Sumber http://greatfon.com/id/pictures/188331/version/1024x1024 |
Mungkin rasanya
tidak menjadi lebih mudah, tapi setidaknya bebannya menjadi lebih ringan. Ada
sebagian kekhawatiran yang menguap, prasangka yang tidak terjadi, dan dugaan
yang tidak sepenuhnya benar. Aku mengucap syukur atas apa yang telah terjadi. Penyesalan?
Ya, rasa sesal itu ada. Betapa cerobohnya aku bertindak ketika akal sehat
sedang tidak berkuasa karena emosi mengambil peranannya.
Kesabaran dan
perlakuan yang kuterima membawa aku kembali mengingat kebaikan-kebaikan yang diberikanNYA
padaku, sepanjang hidupku. Mungkin tanpa sadar, hatiku bertanya pada DIA, jalan
yang mana TUHAN? Sebab, seolah kesemuaannya sama saja, aku tidak dapat melihat
ujungnya. Aku hanya mendengar kabar semilir bahwa akhirnya akan bahagia, tapi
aku belum tahu lika-liku tiap belokan yang harus aku lalui. Kadang tanjakan,
kadang jalan yang berbatu, tak sedikit pula kutemui beberapa rintangan.
Aku melihat
laut, mereka berada di sekelilingku, seolah keberadaannya ingin melahapku,
menenggelamkanku dalam kekelamannya yang pekat. Ketika kulihat langit, kadang
warna kelabunya mengisyaratkan persahabatan yang sembunyi-sembunyi, seolah ia
mendukung laut. Namun, ketika hari menjadi cerah kembali, langitlah yang
membisikkan padaku untuk tidak takut pada laut. Lalu, sebenarnya siapakah yang
menahklukan siapa?
Belum kuketahui
saat ini, tapi siapa tahu ada kitab yang menuliskan perjalanan hidupku. Bisa kutemukan
saat ini, bisa juga nanti. Atau aku harus menuliskannya sendiri?
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar