Karena
aku nggak tahu seberapa lama lagi aku bisa hidup di dunia dan berada dekat
dengan orang-orang yang aku kasihi ini. Seberapa besar bekas yang udah aku
tinggalkan? Apakah itu membantu atau menyusahkan? Apakah hal yang bersisa
positif atau negative?
Bukan
karena aku seolah akan segera meninggalkan dunia ini…walau tak ada yang tahu
mengenai waktuNYA, tapi…
Aku
hanya mau menyebarkan keceriaan selama yang aku bisa, seluas jangkauanku.
Dulu
mungkin aku sensi banget, sampai orang juga males deket karena takut. Pikiran juga
negative dan banyak hal yang aku khawatirkan, mudah panik dan nggak santai.
Daddy
bilang, kalau aku di Bandung, banyak hal yang aku pelajari, belum lagi akan ada
sesuatu yang pasti terjadi, entah apa.
Di
sini aku banyak belajar bagaimana memperhatikan secukupnya, tidak mengekang
atau membuat sesuatu tidak nyaman. Terakhir pulang ke Jakarta bulan lalu dan
aku dilanda kecemburuan sangat pada siapa pun di sana. Pada kenyataannya, tidak
ada keadaan yang lebih baik daripada menjadi diriku sendiri. Kenapa? Karena TUHAN
sudah mencanangkannya demikian, membentukku sedemikian rupa, dalam susah maupun
senangku, sudah ditakar dan diporsi. Dan betapa bahagianya diriku menemukan
diriku dalam balutan ucapan syukur berkepanjangan tanpa henti dan mengagumi
segala nikmat dan hikmat yang diajarkan dan dilimpahkanNYA padaku tanpa henti.
Aku
mengagumiNYA!
Karena
jalan hidupku bukan sekedar mengingini ini dan itu seturut aturan dunia,
takaran dan standar hidup yang terlalu rendah dengan sekedar harta yang dapat
binasa dalam satu sapuan air bah seperti di Garut. Siapa sangka? Siapa yang
dapat melawan?
Dan
aku kembali terdiam dalam renungan panjangku, tanpa kata terucap, hanya
tertuang dalam paragraph per paragaraf dalam blog-ku ini.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar