Bicara
soal umur memang jadi sesuatu yang sensitif yah bagi perempuan, nggak semua
memang, tapi kebanyakan begitu. Entah itu dipuji, entah itu beneran dibilang
yang sebenarnya, tetap aja, bagi aku pribadi sih, itu adalah suatu bentuk
sindiran. Jadi please, kalau mau jadi licker dan aku adalah sasarannya, jauhkan
topik yang berbau pujian, karena anda salah besar. Bagi saya pujian itu adalah
sindiran dan sama sekali tidak membantu saya bertumbuh.
Case
ini terjadi di Gramedia Central Park Mall.
Bermula
rasa kesal karena suatu masalah, terus diajak ketemuan di depan mall TA, tapi
ternyata yang ditunggu lama datangnya, akhirnya janjian di Mall CP itu tepatnya
di Gramedia. Ternyata Gramedia-nya lagi di renovasi. Langsung aja ke mas-mas
penjaga, "Mas, saya mau cari buku persiapan UN anak SMA." Terus mas
yang diajak ngomong malah ngelempar tanggung jawab ke temen yang lain, pakai
seragam hitam, nggak tahu tuh lagi training apa emang dia lebih handal. Terus
diajak ikut masuk ke ruang belakang, agak messy, tapi it looks good kalau udah
beres nanti. Lantainya dari panel kayu warna coklat terang dengan rak dinding
warna putih, di bagian kiddy ada mainan mobil-mobilan dan poster-poster lucu
dengan warna terang. Lampunya juga warna putih tapi nggak menyilaukan mata. Ada
berdus-dus yang berisi buku (kayaknya) masih disegel dengan lakban,
bertumpuk-tumpuk di berbagai sisi yang diletakkaan asal. Aku terus ikutin
mas-mas-nya.
"Sebenarnya
di bagian ini masih belum boleh dimasukin mbak."
Aku
melihat sekeliling dan benar saja, semuanya petugas-petugas yang sedang
menyusun buku, berseragam kemeja putih dan hitam, semuanya masih muda dan
sambil bersenda-gurau. Wuih, rasanya seru yah berada diantara buku-buku dengan
aroma yang khas. Dan kenapa begitu terlihat menyenangkan, karena memang saya
pecinta buku...
"Eh,
nggak apa-apa nih mas saya di sini?" Perasaan yang tadinya dongkol karena
mood jelek, jadi membaik karena buku-buku ini terutama aku seperti pengunjung
yang 'spesial' means asing, soalnya pada ngeliatin aku. Mungkin dikira aku anak
magang baru kali yah?
"Iya
nggak apa-apa."
Nggak
apa-apa tapi sambil aku lihat-lihat buku, dijagain mas-mas-nya.
"Cari
buku apa mbak?"
"Buku
soal-soal UN mas. Kimia."
"Oh,
buat mbak UN nanti yah?"
"Eh?"
Aku langsung mengalihkan perhatian dari rak-rak buku ke mas penjaganya.
"Bukan
mas."
"Oh,
buat adiknya yah?"
(Duh
kok nebak-nebak nggak jelas? Mungkin mas-nya lagi berusaha ramah mencari topik)
"Bukan
Mas. Buat les mas."
"Oh
mbak murid les?"
"Bukan
Mas, saya gurunya Mas," kataku akhirnya sambil nyengir kuda. Berasa gagal
punya tampang guru.
"Eh,
saya kira mbak masih SMA."
HELLO!!!
Ini nyindir apa gimana yah? Tersanjung tapi segera sadar, nih mas cuma TP-TP
aja.
"Saya
udah kuliah Mas."
Aku
merogoh-rogoh tas-ku yang isinya acak-acakan karena tas ransel yang aku bawa
jarang aku tata ulang, biar nggak ada barang yang ketinggalan. Udah itu, yah
itu aja. Aku mencari ponsel sarung biru merk NOKIA. Ada satu pesan yang
menyatakan saudara aku udah di Mall CP. Oke, kesempatan buat teleponan.
"Mas,
ada saudara saya yang mau ke sini juga. Nanti tolong diantar ke sini yah."
Sambil bergaya telepon saudara aku yang imut itu, beneran telepon, bukan
pengalih perhatian, eh, ketolong juga sih jadi aku nggak mati gaya. Terus
mas-nya pergi keluar, dan semenjak ditinggal mas-nya aku jadi langsung nemu
buku yang aku perlukan. Please, jadi selama tadi aku ngapain?
Pas
saudara aku dateng, mas-nya langsunjg pergi. Sebenarnya mas-nya baik, ganteng
pula, masih muda, eh, ya ampun salah fokus, aku nggak maksud ngelirik cowok
lain, cuma mendeskripsikan aja biar makin hiperbola ceritanya.
Dan
ketika mau bayar, mas-nya muncul lagi, nawarin buku kimia.
"Udah
nemu mas (udah bayar pulak, telat mas)." Sambil senyum terus keluar dari
Gramedia.
Kalimat
dalam kurung diucapkan dalam hati.
Mas-nya
masih senyum sambil bilang, "Makasih mbak. Hati-hati. Nanti datang
lagi."
Itulah
kisah yang akhirnya membuat mood sedikit baik, sedikit aja, karena aku langsung
jutek lagi ke saudara aku ini yang sebenarnya aku marahnya ke kokonya cuma
berhubung dia mirip banget sama kokonya bikin aku gregetan, pingin cubit,
pukul, gigit, dstststst. Tapi yah, nggak aku lakukan dong. Udah yah, udah mau
tidur, lagi di ranjang tingkat dua dimana ranjangnya diangkat batu sampai aku
bisa nyentuh langit-langit kamar, nggak bisa banyak gerak nanti jatuh dan
ranjangnya roboh. Habis banjir-banjiran, badan pegel ngepel serumah pegang
lumpur geli banget, terus bersihin bak penampungan air yang kerendem air
banjir, airnya yang kotor bikin pantat gatel. Encok deh punggung, makin berotot
lengan. Semoga cowok itu masih demen sama cewek yang lengannya (sedikit)
berotot.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar