Langsung ke konten utama

Status

Nah, disanalah mereka berdiri. Mereka memang cuma diam, sesekali memberi kata, “Semangat!”
Tapi kali ini aku mau mencoba menjadi sesosok figure kakak yang kuat. Bukan, bukan aku yang kuat, aku lemah. Tapi DIA yang beri aku kekuatan. Aku nggak sok holy di sini. Habis, ngandalin siapa lagi kalau bukan TUHAN.
Beberapa mencibir, katanya aku kelihatan rohani aja, padahal nggak. Aku nggak tahu bagaimana orang itu menilai, padahal ngomong aja nggak pernah, mendengar cerita aku aja nggak pernah. Jadilah, kemarin emosi berat, karena efek fluktuasi yang masih terjadi.
Aku nggak HTS, nggak backstreet, nggak mengatas namakan agama sebagai alasan yang dipandang benar. Aku cuma nggak bisa cerita tentang alasannya karena kamu pun nggak akan ngerti. Gimana mau ngerti kalau kamu aja nggak denger.
Orangtua kita saling tahu. Udah itu aja. Kita cuma LDR, dengan status yang jelas. Cuma emang subjeknya yang buat nggak jelas karena komunikasi seminggu sekali udah bagus kali tuh, ketemu at least seminggu sekali juga, kalau ketemu. Nganter depan rumah langsung ngacir nggak pakai salam. Jadilah hubungan kita itu kaya nggak jelas, padahal seharusnya sih jelas. Cukup jelas bagiku.
Jadi bahas tentang status deh.
Yah, pokoknya, aku mau berusaha supaya kedepannya tulisan di blog ini kembali ceria lagi, kembali bisa membuat orang lain lebih nyaman bacanya. Atau mungkin tulisan-tulisan ini ada untuk memberi alur bahwa dimanapun posisimu, keep the faith, be strong!

ADIOS.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...