Langsung ke konten utama

Dokter Kecil

Aku mau cerita nih.
Sejak kecil aku aktif banget di organisasi, padahal masih SD, tapi aku seneng ngurus kesehatan temen-temen aku. Jadilah aku dipilih menjadi dokter kecil.
Setelah lomba dan test uji lulus atau nggak jadi dokter kecil, akhirnya aku dilantik dan sah, resmi jadi dokter kecil.
Bangga banget nolongin temen, jadi kenal seputar dunia kesehatan dan lagi mendapat suatu perkumpulan teman-teman baru.
Aku seneng saat dipercaya guru megang kunci UKS, padahal masih SD, kelas lima.
Aku seneng ngecek peralatan dan obat-obat yang ada dan yang habis.
Aku seneng nganterin temen aku yang sakit, ngejaga dan ngompresin mereka.
Alhasil, waktu aku sakit, gantian dirawat, dijaga sama temen sejawat, dokter kecil.
Hihi. Enak jadi pasien yang diurus sama dokter yang perhatian.
Sebenanrnya obat buat para pasien itu bukan pil atau tablet aja tapi juga PERHATIAN DAN DUKUNGAN.
Ini penting tapi sering kali terabaikan.
Aku pingin jadi dokter dulu karena seneng rasanya bisa membantu orang yang sakit.
Bukan aku yang nyembuhin sih, pasti TUHAN dan juga dokter yang lebih ahli kalau mereka ke dokter.
Cuma, pertolongan pertama yang bisa aku berikan, hiburan kalau temen aku nangis waktu mereka berdarah gara-gara jatuh, itu punya sensasi sendiri.
ASIK BANGET!
Tapi begitu tahu pendidikan dokter itu mahal dan susah, aku nggak lagi deh.
Kalau disuruh bedah-bedah. ugh!
Membuat gigi ngilu.
Jadi, aku pindah haluan aja selain dokter.
Nanti kapan-kapan aku ceritain aku mau jadi apa.

Foto ini dikasih sama temen baik aku waktu SD, dia disebelah kanan aku. Coba tebak aku yang mana?
Fotonya aku ubah dikit yah. :P


ADIOS.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...