Langsung ke konten utama

I am a Scout

Aku tuh suka banget jadi anak Pramuka. Selain melatih kemandirian, kepemimpinan, ketegasan, juga keberanian.
Aku cuma nggak suka kalau disuruh berjemur siang-siang. Aku nggak suka kulitku nyeri dan perih waktu sinar matahari terasa menyengat. Nggak deh. Bukan sok-sokan tapi emang aku nggak kuat.
Aku suka kemah. Mandi, beres-beres, masak seadanya.
Eit, walaupun aku nggak bisa masak, ternyata kalau situasinya mendesak, aku bisa masak juga.
Buktinya, aku yang masak waktu kemah.
Aku juga yang bagian beres-beres dan paling seneng ngoceh kalau tenda nggak rapi. Sampai adik kelas aku sempet kesel sama aku. Yah, sebagai senior tetap aja aku selalu benar. Kalau aku salah, baca kalimat sebelumnya.
HAHA.
That's the rule!
Anyway, nih aku kasih foto aku waktu aku lagi kemah. Betapa cerianya. Juga pas pelantikkan kenaikan tingkat jadi penggalang senior plus pelantikkan keanggotaan OSIS.
Yup, aku anggota OSIS. Aku senang berorganisasi dan memimpin teman-teman. Tapi paling males dipimpin sama pemimpin yang nggak tegas. Kalau keadaannya gitu, aku bakal quite deh dari organisasi itu atau nggak jadi males-malesa.
Bagiku, seorang pemimpin itu harus tegas, dia yang pegang kendali. Tentu saja tidak lantas otoriter kaya Nazi, bukan. Tapi lebih jadi pemimpin, bukan tukang suruh atau Bos.
Soalnya, pemimpin itu yang memegang tanggung jawab penuh buat suatu misi, sekecil apapun suatu proyek yang ditanggungkan, tetap mesti profesional.

Oke, oke. Ini fotonya...

Makan makanan yang dimasak sendiri

Para calon OSIS berbaris. Paling depan bagian tengah, cewek itu adalah calon Ketua OSIS.

Aku dilantik jadi OSIS dan Pramuka Penggalang Senior.

Berbaris, bersiap menerima misi.

Ketua regu mengamati kerja para anak buahnya membuat tiang bendera dari tongkat yang dibawa.

Lihat, rapi kan tenda regu Anggrek. Yeah, aku kaya ibu-ibu nih!
Yah, itu aja yang aku bagi buat temen-temen yang baca blog ini.

SALAM PENULIS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...