Langsung ke konten utama

Salam Perpisahan

Hasil gambar untuk salam perpisahan



Halo semua, ini mungkin jadi sapaan terakhir. Mohon maaf kalau terakhir hanya ada dua kata tanpa cuap-cuap perpisahan. Akhirnya, aku memutuskan untuk menulis satu post lagi.
Di post dua kata sebelumnya, aku memang berniat untuk menyudahi blog ini. Bukan berarti aku akan berhenti menulis. Tidak, tidak. Menulis adalah bagian hidupku yang tidak bisa kutinggalkan. Kalau ada anugerah Tuhan yang bisa aku miliki, menulis adalah satu-satunya hal yang aku tahu bisa dikembangkan lebih dalam lagi.
Mungkin (ini masih mungkin), aku akan membuat blog baru dengan nama baru. Aku sudah lama memikirkannya. Blog baru aku akan kuberi nama dengan anagram dari nama asliku. Blog baru-ku pastinya akan lebih membosankan dari blog ini. Jadi, bagi kamu-kamu yang sudah setia bersama blog ini, selama 9 tahun, terima kasih banyak.
O yah, kenapa blog yang baru akan lebih membosankan? Karena isinya akan seputar opiniku mengenai politik dan SARA, pendidikan dan isu sosial di masyarakat, komentar kuliner, tempat wisata, lagu, film, dan apa pun yang mau dikomentarin. Ditambah, yah ini sudah pasti, pengalaman aku di kehidupan sehari-hari yang super alay dan lebay. Aku hanya berusaha kembali kepada aku yang ‘original’ bukan hasil permak sana-sini. Aku hanya berusaha mencari ‘aku’ yang hilang, dulu…
Apalagi yah?
O yah, kenapa aku bilang mungkin akan membuat blog baru? Karena aku sekarang super sibuk dan super sedih. Super sibuk untuk menutupi sedihku yang super. Bercanda deh… hehe. Aku belum bisa kasih tahu nama blog yang baru (karena memang belum ada) dan juga tidak bisa kasih tahu nama anagram aku (yang aku buat dan pikirkan dengan susah payah biar tetap keren).
Akhir kata, jangan sedih-sedih. Jalinan komunikasi tetap bisa terjalin dengan komentar di kolom post ini (walau aku akan sangat lama membalasnya karena jarang buka atau mungkin nggak balas karena tidak akan buka lagi), atau bisa email aku ke mulesimule@gmail.com.
ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...