Langsung ke konten utama

Dunia dan Kamu

Hasil gambar untuk bumi



Akhir-akhir ini, dunia semakin kejam, tapi kau lebih kejam lagi.
Singa yang ganas tidak memangsa anaknya, tapi kau bukan hanya memangsanya juga menyiksanya sebelum kau menyantapnya.
Dunia memang semakin gila, tapi kau lebih gila lagi.
Ayah memperkosa anak kandungnya, ibu membunuh darah dagingnya sendiri, pertengkaran saling merenggut nyawa karena harta dan tahta.
Tapi kau lebih gila lagi!
Dunia memang bengis, tapi kau lebih sadis lagi.
Diktator memang pernah ada, saat ini pun juga. Caranya lebih halus. Penjajah memang sudah diusir, tapi rasa terjajah tetap ada. Koruptor memang banyak yang ditangkap, tapi tunas muda bakal koruptor tetap saja tumbuh. Kau lebih dari semua itu.
Jangan, jangan tersinggung atau dendam. Ini bukan tentang siapa dan apa. Ini hanya tentang pelajaran hidup. Bumi masih memiliki gaya gravitasinya, masih berotasi pada sumbunya dan masih berevolusi mengelilingi matahari, masih menjadi planet yang diketahui paling layak dihuni. Mungkin semua fakta itu, fakta yang kita tahu selama ini, tidak lagi demikian. Penemuan-penemuan yang ada, mungkin membuat kita takut, lalu menutup mata, tapi kita akan tertinggal. Pada dunia yang keji, apakah harus berlaku lebih keji agar memenangkan hukum rimba?
Masih ada belas kasihankah dalam dunia ini, untuk kita manusia yang menggangap diri benar?
ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...