Aku tidak meninggalkan dunia tulis-menulis. Bagiku,
blog ini hanya penampilan yang menceritakan mengenai pemahaman, bukan sekedar
perasaan, walau pemahaman itu kerap kali tak terpahami, kerap kali tidak
sepenuhnya benar. Tentu, yang benar hanya Satu. Aku hanya mengikuti jejak-jejak
kebenaran.
Kemudian, jari-ku mulai mengetik.
Aku heran, sedikit heran, padahal aku begitu gamblang
menuliskan banyak hal di sini, di blog ini. Hanya beberapa kali dibaca oleh
orang yang tidak tahu identitasnya siapa, hanya beberapa orang yang kemudian
mengetahui siapa aku dan peduli pada aku yang kemudian memberikan komentar,
selebihnya hanya pembaca lepas yang kebetulan menemukan blog ini.
Sekali lagi, ketika secara gamblang blog ini
dibaca oleh orang yang mengenal aku, mereka lalu belum juga mengenal aku. No, no! Aku bukan minta untuk dikenali. Aku
tidak ingin terkenal (sehingga merosotnya jumlah pembaca tidak menganggu aku). Aku
juga tidak menuntut untuk dimengerti. Tulisan yang terbuka seharusnya
mengundang banyak komentar, kritik, dan saran. Barangkali ada suatu hal yang aku
lupa cantumkan atau terlalu banyak mengumbar suatu info, aku dapat diingatkan
mengenai hal itu.
Beberapa hanya bilang, “Le, aku sudah baca blog
mu.”
Tanyaku dalam hati, “Lalu? Adakah kau dapatkan
suatu hal dari sana?”
Ada pula yang membalut cibiran mereka dalam komentar,
“Tulisanmu itu aneh.” Atau “Apa sih isinya? Nggak jelas.”
Tidak mengapa bagiku, karena siapapun yang sudah
membaca, hanya mereka yang benar-benar membaca, mereka yang mengerti.
Secara jujur, bukan aku lagi kini yang mengetik,
karena jari ini menari indah diatas tuts-tuts alphabet dan ia mempunyai
pikirannya sendiri.
Aku hanya sebagai alat bagaimana setiap tulisan
dapat terwujud, dapat di posting,
dapat dilihat sebagai wujud keindahan tak kasat mata dari rangkaian kata.
Ah, sudahlah.
Aku hanya tidak akan berhenti menulis.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar