Langsung ke konten utama

Cemilan apa


Kalau kamu jadi anak kos yang bingung makan dan cemilan apa, aku punya sedikit rekomendasi nih.
Aku sarankan untuk memenuhi makanan-makanan ini pastikan kamu membelinya di pasar grosir atau agen di pasar tradisional, pokoknya bukan di tempat modern kaya supermarket, tekor. Ini tips buat kamu irit juga, lumayan, uang berlebihnya bisa dialokasikan ke bidang-bidang kebutuhan yang lain selain konsumsi.
Selain itu, kalau kamu tidak menemukan tempat penjualan seperti yang saya sebutkan di atas, kamu bisa membawanya dan minta tolong mama-mu, mbak-mu, atau siapapun untuk membelikannya atau mengantarkanmu ke tempat itu di daerah asalmu. Kalau masih dalam jarak yang dekat, aku sarankan kamu membelinya di daerah rumahmu sebenarnya karena pasti sudah kenal dengan penjual dan tahu lokasinya, jadi irit uang transportasi juga, daripada ngiter-ngiter nggak jelas, tambah uang ongkos. Pemborosan. Bagi kamu yang rumahnya jauh dari kos yang mesti naik kereta berharga diatas dua puluh ribu rupiah, disarankan membeli di pasar lokal setempat tapi dengan mendapatkan info-info jelas, kalau perlu tanyakan pada penduduk lokal dan minta diantar dengan bayaran semangkok bakso. J
Oke, berikut saya tampilkan gambar-nya.
Beberapa ada kue buatan tante, ini membantu pengiritan

Minuman yang menyegarkan dan dapat mengganjal perut

Ini semua dibeli secara paket, satu bungkus besar. Kenapa saya menyarankan makanan-makanan ini? Karena praktis, kamu ambil satu, makan satu, buang bungkusnya. Nggak perlu diiket dengan karet nanti ternyata nggak tertutup rapat eh malah ‘alot’. Kan mubazir jadinya. Selain itu, harganya murah dan rasanya enak kok. Bisa dibuat sarapan juga.

Akhir kata, selamat mencoba.

ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...