Setelah itu berbagai kejutan menanti.
Suatu malam di hari Selasa, datanglah rombongan saudara-saudariku tercinta.
Kucluk-kucluk.
Aku seneng banget karena udah lama banget nggak ketemu mereka karena aku mesti kerja kan supaya menambah uang saku-lah setidaknya karena gaji yang nggak seberapa juga sih tapi aku seneng kok dengan pekerjaanku dan menikmati. Karena aku tahu, aku bekerja untuk siapa. BAPA kok yang udah nempatin aku di sana dan ngasih aku kerjaan. Aku tahu bakal dapet sesuatu dan belajar sesuatu di sana.
Oke, karena aku kerja (magang) dari jam 9 masuk sampe jam 5 tidak teng-teng keluar, dari Senin-Sabtu, aku yah susah lah punya waktu luang. Rasanya gregetan juga. Aku kan biasanya deket-deket dan ketemuan sama saudara-saudara aku tuh. Nggak biasa aja kaya gini. Ini pasti dipersiapin BAPA juga buat aku supaya waktu nanti aku kos kuliah di Depok sana nanti, aku yah udah harus terbiasa menahan rindu (cie i lah).
Saudara-saudariku dateng dengan senyum-senyum gitu. Aku seneng. Hem, hem. Aku mengendus bau-bau sesuatu nih. Dan setelah berbicara dan kesan pesan, terus si Mr.Right(kanan) menyerahkan amplop berisi uang. Aduh aku terharu, tadinya nggak mau nangis dan ada acara kaya gitu, eh mama aku langsung nangis, hiks. Oke, aku menambah kehebohan dengan ikut-ikutan menitikkan setetes saja air mata.
Ngek....
Aku terharu...
Makasih BAPA, aku bener-bener bersyukur banget. Betapa pedulinya mereka sama aku, padahal aku tahu, uang mereka yang mereka kumpulkan itu dari uang jajan, hasil kerja tapi rela diberikan gitu aja buat aku. Buat aku kuliah loh. Emang apa yang selama ini udah aku lakuin ke mereka? Nggak ada.
Tapi satu yang sama-sama kami mengerti. Kami mengenal KRISTUS dan kasih-lah yang diajarkanNYA pada kami. Antar sesama saudara terutama. Bukan karena perbuatan kami, kami dimenangkan, melainkan karena kasih karunia DIA-lah kami ada sebagaimana kami ada saat ini. Karena kami kenal siapa TUHAN kami. Maka itu, itulah alasan saudara-saudariku melakukan hal itu. Jujur, jumlah yang diberikan kata mereka tidak seberapa, itu bohong! Jumlahnya banyak bagiku.
Menurut pengakuan seseorang, mereka memberi dengan ikhlas, kesepakatan bersama. Padahal saat itu, mereka juga sedang masa seret uang. Mereka memberi dari kekurangan mereka. Aku jadi teringat kisah wanita miskin yang memasukkan dua dinar ke dalam kotak di Bait Tuhan. Kecil, nggak seberapa dibanding orang kaya yang memberi sangat besar. Tapi apa kata Yesus?
Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (Markus 12:43)
Bukan aku yang menjanjikan tapi BAPA-lah yang menyediakan semua. Aku bener-bener nggak tahu uang aku kuliah dari mana. Nah, BAPA yang cukupkan. Saudaraku di Kalimantan yang mendengar kabar aku kuliah di Depok memberi selamat dan mengirimkan uang juga.
Sungguh, mujizat itu bukan hanya karena orang lumpuh berjalan, orang buta meliha, orang tuli mendengar. Bukan sekedar itu. Tapi segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu, itulah mujizat. (dikutip dari kata-kata seseorang, saudaraku, adikku yang dulu rapuh namun sekarang dikuatkan dalamNYA, suatu saat kalau dia baca, dia akan tersenyum, aku harap).
Dan semua masih terus berlanjut sampai hari ini, aku bekerja namun kusempatkan waktu untuk berkumpul bersama saudara-saudariku dan mendengar untuk mendapat sesuatu yang paling berharga yang tak dapat ditukarkan oleh apapun di dunia ini. Sebab sifatnya adalah kekal, abadi.
Sungguh, percayalah pada DIA yang memberi kamu kehidupan. Masakan DIA yang menciptakan kamu seolah-olah kau anggap tak mampu memeliharamu juga?
DIA, TUHAN yang hidup, YESUS KRISTUS namaNYA. RAJA diatas segala raja. BAPAku yang si sorga. J
Komentar
Posting Komentar