Langsung ke konten utama

Cooking with me?


Masak yah...
Hem, sesuatu yang paling aku nggak bisa deh.
Kalau namanya berenang, jalan lima kilometer, adu debat, nangis, marah-marah, aku bisa tuh. Tapi kalau urusan cewek yang satu ini, hem hem, aku angkat tangan deh.
Dulu aku trauma banget sama yang namanya masak.
Awal pertamanya karena kaki kanan aku pernah kena air panas yang sampe sekarang nggak bisa hilang bekasnya. Terus pernah juga nyeplok telor sendiri, alhasil minyak tumpah ke kaki. Minyak panas! Untungnya langsung mendapat pertolongan pertama dan nggak ada bekas lukanya. Terus masak air sampai menguap, bukan mendidih lagi. Terus masak indomie, sampai lengket di dasar pancinya. Masak spaghety, sama aja, dagingnya gosong, sampe rasanya memuakkan banget.
Duh, berapa kali dicoba masih gagal. Nggak enak banget rasanya seorang cewek(Mule itu cewek loh!) tapi nggak bisa masak. Apa kata dunia?(haha)
Pokoknya, selain trauma yang mesti dihadapi yah memang mesti melatih diri. Duh, aku takut banget sama minyak panas yang bunyi cetak-cetuk kalau mbak lagi goreng ikan atau air yang bunyinya cessshhhh waktu dituang sayur hijau. Kalau bisa, makan aja deh, nggak usah masaknya.
Tapi kan nanti aku bakalan jadi ibu rumah tangga, istri dari suamiku. Masa aku nggak bisa masak?! Apa kata suamiku? Hehe. Jadi intinya aku mau masak makanan yang enak dan penuh cinta nanti buat suamiku sama buat anak-anakku(duh, jauh bener pikirannya) tapi cuma itu doang yang bisa aku jadiin motivasi. Hehe.
Akhirnya mulai dari usia 17 tahun aku baru bisa masak indomie plus nyeplok telur(bangga banget loh!). aku udah bisa ngerebus air. Tapi kalau goreng roti dan masak spaghety, nggak bisa deh.
Nih buktinya aku bisa masak indomie plus telor lezatt...
Karyaku.... Indomie soto lezat dengan telur
 Dan aku bangga menyajikan dan memakannya sendiri, hem.....sedap....
Jangan ngiler yah, aku makan ini juga sebulan sekali kalau memang nggak ada makanan di rumah.
Akhir kata Mule pamit yah...

ADIOS


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...