Ini cerita tentang aku pingsan dan ini memalukan.
Karena seumur hidup belum pernah yang namanya aku pingsan apalagi mimisan. Tapi kali ini lain. Aku menggagalkan rekor itu dengan PINGSAN! Ugh, nyebelin banget deh! Aku kan strong girl.
Masalahnya aku pingsan gara-gara donor darah. Please deh! Nggak heroik banget! Nggak keren!
Jadi begini ceritanya. Aku sudah berumur 17 tahun sekarang(Mule udah gede). Kebetulan ada acara donor darah di sekolah dan ini kesempatan aku yang pertama nunjukin aku udah gede. Aku bisa memutuskan sesuatu dan memberikan bener-bener apa yang aku punya(oke, dari TUHAN juga sih).
Aku pingin banget yang namanya bantu orang-orang yang kekurangan darah, sekalian aku mau cek golongan darah, mumpung gratis. Yang bersyukur selama ini belum memerlukan donor darah dari orang karena aku nggak tahu golongan darah aku apa selama 17 tahun. Setelah di tes, yak, aku golongan darah B. Syukurlah, bukan golongan darah yang rewel kaya O yang cuma minta dari O juga atau AB yang egois yang cuma bisa kasih ke sesamanya aja, si AB juga.
Setelah aku merasa kuat, padahal ini baru pertama kalinya, aku nggak grogi. Petugasnya dengan senang memuji aku bilang, “Wah, kamu udah berapa kali donor?”
“Sekali Mas,” jawabku.
“Wah, tenang banget yah, kaya udah berkali-kali,” kata Mas-mas nya itu. Wuih, aku senyum-senyum bangga.
Sekantong penuh darah warna merah pekat sudah tersegel rapi. Aku senang, setidaknya ada yang bisa aku lakukan yang berguna buat orang lain. Siapapun yang nerima darah aku itu, kuharap dia segera sembuh.
Bukan foto asli,, hanya gambaran saja. sumber foto: facebook salah seorang teman berinisial DA. |
“Wehehe, kata mas-masnya aku kuat loh, tenang banget, hebat kan?” kataku pamer bangga sama beberapa temen yang juga donor tadi. Temen-temen menatap kagum gitu.
Terus aku ngambil popmie dan obat penambah darah di counter depan ruang pengambilan darah.
Bulp, tiba-tiba seluruh badanku kesemutan, mati rasa. Aku berusaha jalan, selangkah, dua langkah, nggak kuat lagi. Pandanganku gelap seketika.
Bruk, aku jatuh berdebum diantara SEPATU-SEPATU BAU! Di deket tong sampah pula! Ih, jijik. Pemandangan terakhir yang kulihat yaitu nggak ada orang yang dateng buat nolong. Setelah itu, gelap total.
Waktu aku bangun, aku ngerasa baju ku dibuka gitu, bau minyak angin menusuk terus ada yang ngurut-ngurut dada. Wah, gile, aku digrepe!
Oke, itu kakak petugas UKS. Beberapa pasang mata menatap. Aku udah digotong ke ruang ini. Pengep. Tadi aku pikir aku udah mati, eh kok hidup lagi. Ternyata TUHAN masih ijinkan aku lihat matahari.
“Di mana nih?” tanya aku.
“UKS,” jawab kakak yang ngurut-ngurut.
“Loh, emang kenapa?”
“Lo pingsan!” kata temen aku yang tadi juga donor darah. Sekarang dia lagi makan popmie dengan lahap.
“Oh...” jawabku lemas. Duh, badan masih nggak mau gerak.
“Belom sarapan yah tadi?”
“Udah kok Kak, susu doang sih,” kataku.
“Lain kali sarapan,” saran kakak itu. Setelah itu, mereka semua meninggalkanku sendiri karena mereka harus mengikuti pelajaran kembali sementara kakak-kakak yang lain mesti bantuin donor darah lagi. Jadi aku tidur lagi.
Setelah bangun, beberapa teman sudah berkerumun dan membelikan teh manis hangat. Duh, syukur, masih ada yang perhatiin.
“Udah, sadar?” tanya temenku.
“Syukur deh.”
“Kok bisa pingsan sih lo?”
“Payah loh, baru donor aja pingsan.”
Sementara teman-teman cowok hanya melihat pingin tahu dari depan pintu. Aku memperhatikan satu per satu. Yah, jendela nggak ada tuh. Her kayanya juga nggak ngeliat. Ih, ngapain ngarepin dijenguk her dan jendela saat keadaan lemah gini. Rambut acak-acakan, bibir pucet, apa bagusnya? Yang ada malah ilfeel.
Jadi, aku pulang ke rumah, dengan masih sok kuat(sok dikuatin) dengan mengendarai motor. Habis mau gimana lagi. Masa mau ditinggal motornya? Dengan kecepatan super rendah dan klakson tiada henti dari kendaraan lain, padahal udah minggir kendarainnya tuh, keringatan lagi, antara takut, panas dan memang nggak tahu keringetan aja, kelenjar keringetnya bocor kali tuh yah. Akhirnya, sampai di rumah dengan selamat. Padahal udah ngebayangin kalau jatoh gimana yah? Pingsan lagi siapa yang nolong? HP, dompet, motor gimana tuh?
Oke, sesampai di rumah ditanya mbak, kenapa mukanya aneh, aku awalnya ngelak bilang nggak apa-apa. Kalau sampai tahu penyebabnya aku bakalan diomelin.
Akhirnya, setelah didesak aku ngaku.
“Aku pingsan karena donor mbak.”
“Makanya jangan sok deh!”
JEP. Oke, aku salah. Jadi aku diem aja. Menanti kapan aku kuat lagi.
Sorenya aku mesti les. Sesampainya di tempat les, aku nagdu ke ibu kepala sekolah.
Sebelumnya, ada empat cara menyampaikan ke orang lain:
1. Dengan nada datar: “Saya pingsan tadi.”
2. Dengan nada sedih: “Tadi saya, hiks, pingsan, huhuhuhuu...”
3. Dengan nada senang dan bangga: “Tadi saya pingsan loh...!”
4. Dengan nada heboh: “Iya, tadi itu ada donor darah, terus saya ikut, dan, terus saya pingsan deh.”
Dan ada empat respon:
1. Dengan nada datar: “Iya. Masa?”
2. Dengan nada takjub: “Iya? Yah ampun, kok bisa?”
3. Dengan nada sinis: “Iya apa? Ih kok bangga?”
4. DIAM.
Dan saya melakukan cara penyampaian nomor tiga dibalas respon oleh ibu kepala sekolah nomor 1. Ya iyalah, mana ada orang ngomong kalau dia pingsan sambil ketawa, dikira bercanda kali. Tapi saya sambil bercanda, dan memang nggak ada yang percaya. Yah, selamat.
Saya lalu menceritakan kepada pengajarnya dengan respon nomor empat, ganti strategi, lalu balasannya adalah nomor empat doang. Oh yeah! Gile, baru tahu, pingsan itu hal yang biasa. Oke, berarti pingsan tiap saat tidak akan membawa kehebohan. Baguslah. Hahahahuhuhuhhikshikshiks.
Kasiannya diriku.
Ini lah ibu kepsek serta pengajar itu. |
Keesokannya ketika kembali belajar di sekolah, guru biologi yang terkenal cueknya lalu datang menghampiri saya.
“Jadi, kamu satu-satunya anak yang pingsan kemarin?”
“Iya Pak.”
Terus tuh Bapak pergi dengan senang, bangga dan senyum mengembang. Makasih loh Pak.
Guru Bio yang paling memotivasi saya berinisial SER |
Dateng lagi guru kimia yang terkenal juteknya.
“Kemarin jam pelajaran terakhir, pelajaran saya, kamu ke mana?”
“Saya di UKS Bu.”
“Oh, kamu toh orang yang pingsan itu? Ck,ck,ck. Makanya jangan sok kuat!”
“Hehe, iya Bu. (siapa juga yang sok kuat dan mau pingsan, makasih banyak loh Bu.)”
Satu-satunya guru kimia yang pernah marahin saya, hiks. Inisial NI. |
Jadi akhirnya, itulah respon teman, guru, dan sekitar lingkungan saya.
Akhir kata, hanya ini yang bisa Mule bagikan. Kisah sedih saat pingsan.
Hiks.hiks.
Adios.
Komentar
Posting Komentar