Asiknya aku masuk SMAN 78. Siapa yang sangka? Karena awalnya aku harus masuk sebuah sekolah menengah kejuruan. Euhm, bukan kesukaanku.
Saat ada pendaftaran gratis secara online di setiap sekolah negeri, aku uji keberuntungan saja. Kalau masuk yah syukur, kalau nggak yah sudah, karena memang awalnya hanya coba-coba saja.
Sudah bayar uang gedung di sekolah XX itu, sudah test, sudah sip deh, tinggal pelunasan.
Oke, aku mulai mendaftarkan diri dengan saingan beribu-ribu peserta didik dari berbagai pelosok Jakarta bahkan daerah luar Jakarta. Suasana SMAN 96 yang sesak karena murid baru yang mau mendaftar maupun orangtua mereka juga ikut-ikutan heboh. Ugh, begini kah nanti aku harus punya teman?
Mau ambil formulir, ngantri, mau daftar, nunggu, mau lihat hasil, lama banget. Euh, keringetan banget nih. Akhirnya sampai jam sebelas, pemanggilan nama aku juga. Setelah mendapat nomor PIN untuk pengecekan nanti masuk atau nggak nya, akhirnya, lunch time. Padahal, sarapan aja aku belum.
Mama masih setia nemenin. Awalnya, mama nggak boleh aku masuk SMA, apalagi negri, tapi ini sekolah unggulan, sekolah favorit, sekolah yang jadi buah bibir masyarakat karena kemegahan gedung dan prestasi akademik maupun non-akademik nya.
Yah yah, berharap cemas. Aku menunggu sampai sore, semakin ditunggu semakin deg-deg kan. Makin pingin masuk. Please God, aku mau masuk SMA ini aja.
Berkali-kali aku mengecek sampai mana aku ada. Yeah, peringkat 88 dari 320 orang. Aman, aman, untuk hari ini. karena pendaftaran masih buka besok. Artinya, pergeseran urutan masih jalan.
“Ma, aku masuk!” teriakku bangga.
Mamaku tersenyum. Lalu mulai kebiasaan mama, membanggakan aku. Oh yeah, aku masuk dan aku mau buktikan ke mama, aku bisa ma, jangan kuatir.
Keesokan harinya ketika aku cek sampai ke penutupan akhir, aku masih aman, peringkat 90-an. Bangga karena masih masuk jajaran seratus besar. Langsung di sekolah XX itu di cancel dan karena waktu yang begitu singkat juga, negri pendaftaran kan di akhir, maka langsung ukur baju, hunting perlengkapan MOS, dan lain-lainnya.
Mama antusias juga aku masuk. Aku dan temanku yang bernama ARP(nama disamarkan), masuk sana. Awalnya, hanya sehari sih, kita berangkat bareng. Sisanya sampai sekarang, yah pulang sendiri-sendiri. Naik angkot. Nah ini dia, aku kan nggak pernah naik angkot, sendiri lagi. Kupikir mengerikan banget naik gituan. Euh, dempet-dempet.
Tapi ternyata asik juga. Pengalaman yang sungguh baru, gimana aku harus bangun pagi-pagi banget dengan tas yang super berat plus mesti ngejar-ngejar bus kota supaya nggak telat. Harus pindah bus dua kali tiap hari, pulang pergi dan merasakan ‘roller coaster’ ciptaan mas sopir yang dulu mungkin mantan pembalap F100.
Hueh, berlalu juga hari-hari itu. Kangen juga sih gimana waktu peminta-minta beraksi. Nyanyi, baca puisi, yang lagi nge-trend yaitu makan silet. Euhm, ada juga yang malak. Pernah juga bus dibajak sama anak yang mau tawuran, atau ada si gagu yang sering banget ketemu aku di bus, entah apa ini namanya, dan menjadi pengagum aku. (???)
Dan, finally, thank to GOD ALMIGHTY, aku yakin bener, sadar betul, bahwa aku di sekolah aku yang sekarang ini, bukan karena aku coba-coba terus masuk. Tapi emang udah rencana DIA.
Perjalanan masih panjang, sepanjang jalan banyak kisah. Nanti aku ceritakan lagi.
Adios.
"di sekolah XX itu"
BalasHapusdimana tuh?
"Suasana SMAN 96 yang sesak karena..."
kok sman 96 step?
"peringkat 88 dari 320 orang"
brp-an nilainya step?
ARP= α-Radar-Parasites :P
"Tapi emang udah rencana DIA"
nice...
suatu sekolah swast cus...
BalasHapusSesak krn byk yg daftar pas hari yg sama...
Ad dh,klh dh tus sm kau...
skul ketapang 1 kata lu step...
BalasHapussesak sih sesak.. tp lu nulisnya sma 96... bkn 78...
gw di peringkat 138 step... msh kalah gw... hehehe